loader

Primadona, Minyak Sawit Dibutuhkan Dunia

Foto

Apalagi Tiongkok yang merupakan konsumen minyak nabati terbesar, banyak mengimpor minyak sawit Indonesia. Demikian pula India. Kedua negara ini memiliki penduduk terbanyak pertama dan kedua di dunia.

Mengingat laju konversi dari lahan pertanian ke peruntukan lain terus terjadi, sementara penduduk dunia sudah bertambah mendekati 8 miliar, pasokan minyak nabati dari sumber lain makin tak mampu mengejar peningkatan permintaan. Di sinilah minyak sawit akan makin strategis ke depan.

Harga yang sudah naik sejak tahun lalu seiring mobilitas masyarakat yang meningkat dan kini makin melambung karena tersendatnya pasokan minyak nabati akibat perang Rusia-Ukraina, ke depan diproyeksikan tetap tinggi. 

Apalagi, Indonesia masih melakukan larangan ekspor bahan baku minyak goreng maupun minyak goreng, hingga harga minyak goreng curah di dalam negeri turun kembali ke Rp 14.000 per liter, dari saat ini yang masih sekitar Rp 20.000 per liter di banyak daerah.

Bila merujuk data United States Department of Agriculture (USDA), pangsa pasar minyak sawit pada 2021 telah menembus 35,1% dari total minyak nabati dunia, padahal tahun 1990 baru 13,9%. Sedangkan minyak kedelai yang 3 dekade lalu unggul di atas minyak sawit dengan pangsa pasar 19,6%, meski market share juga bertambah, namun telah bergeser ke posisi ke kedua sebesar 28,6% tahun lalu.

Eksportir minyak kedelai dunia ini yang terbesar adalah Argentina sekitar 5,9 juta ton, berdasarkan data IndexMundi. Berikutnya adalah Brasil 1,55 juta ton, 27 negara Uni Eropa 950 ribu ton, dan Amerika Serikat 646 ribu ton.

Di dalam negeri, minyak sawit juga strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak bumi dan bahan bakar minyak (BBM). Ditingkatkannya campuran biodiesel minyak sawit menjadi 30% dalam program B30 (dicampur dengan 70% solar), bisa memangkas impor minyak/BBM, sehingga mengurangi defisit neraca perdagangan migas RI.

Untungnya, defisit migas tersebut bisa ditutup oleh tingginya ekspor minyak sawit. Alhasil, neraca perdagangan Indonesia masih bisa surplus, sehingga ikut membantu stabilisasi rupiah di tengah tekanan dari pasar keuangan global lantaran The Fed agresif menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat.

Itulah sebabnya, ekspor minyak sawit sangat penting untuk segera dibuka kembali. Presiden Joko Widodo mengatakan, ekspor akan diiizinkan lagi setelah harga minyak goreng curah di dalam negeri sudah turun ke patokan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter.

Tentunya, salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah mengefektifkan distribusinya, termasuk lewat kerja sama dengan pihak-pihak yang bisa dimintai pertanggungjawaban dengan baik. Perbaikan distribusi ini perlu juga menggunakan jalur digital, yakni bisa dipesan lewat online dengan menggunakan voucher pembelian minyak bersubsidi yang dibagi ke setiap warga.

Pasalnya, kebutuhan minyak goreng di dalam negeri hanya 5,07 juta ton. Sementara produksi minyak sawit Indonesia mencapai 46,89 juta ton tahun 2021.

Share

Ads