loader

DMSI Sarankan 4 Langkah Ini Agar TBS Sawit Naik

Foto

JAKARTA, GLOBALPLANET - Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga menyampaikan upaya menaikan harga tandan buah segar (TBS) dengan menghapus sementara tarif pungutan ekspor crude palm oil (CPO) tak cukup, masih perlu cara lain.

Dari laporan statistik sawit Indonesia yang dikeluarkan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), tercatat posisi stok CPO nasional per awal Juli 2022 sudah berlebih atau 7,1 juta ton.

“Angka ini mencapai di ambang batas yang tak bisa bergerak, overstock, mencapai 7,1 juta ton. Ini harus segera dikeluarkan,” kata Sahat Sinaga Pada 16 Juli 2022 lalu.

   Dengan skema Domestik Market Obligation (DMO) dan Persetujuan Ekspor (PE), ia memperkitakan volume ekspor CPO pada Juli dan Agustus hanya bisa tercapai di angka 1,89 juta ton dan 1,9 juta ton.

“Artinya, stok yang 7,1 juta ton di awal Juli 2022 ini, dalam 2 bulan ini baru bisa berkurang ke level 3,31 juta ton di akhir Agustus 2022,” katanya.

Di sisi lain, puncak produksi kebun sawit mulai pada Juli-Desember 2022, yang diperkirakan akan menghasilkan sekitar 4,49 juta ton yang terdiri atas CPO dan CPKO per bulan.

Oleh sebab itu, Sahat menyarankan empat langkah agar harga TBS bisa naik ke Rp 1.600 per kilogram sesuai rekomendasi Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan harga minyak goreng dalam negeri tetap terjaga.

Pertama, relaksasi ekspor untuk tiga bulan ke depan (Agustus, September dan Oktober) agar volume expor minyak sawit bisa mencapai 2,9 juta ton, minimal mulai Agustus. Selain itu, model DMO untuk sementara dibatalkan bila harga CPO di pasar lokal masih berada di bawah Rp 9.500 per kilogramtanpa pengenaan Pajak Pertamhan Nilai (PPN). Menurut dia, hal tersebut bakal memberikan jaminan harga minyak goreng curah lokal bisa di level Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter.

Share

Ads