loader

Sawit Penyelamat di Tengah Ketidakpastian

Foto

PALEMBANG, GLOBALPLANET - Meski Industri kelapa sawit stagnan dalam empat tahun terakhir yang terlihat dari penurunan produksi dan nilai ekspor. Namun begitu, saat perekonomian dipenuhi dengan ketidakpastian karena dihantam Pandemi Covid-19 hingga perang di Ukraina, sawit hadir sebagai penyelamat.

Kontribusi positif dimulai dengan komitmen pelaku usaha sawit yang tergabung dalam GAPKI menjaga protokol kesehatan, sehingga operasi kebun dan pabrik berjalan lancar. Seperti diketahui, pada 2020 dan 2021 di puncak pandemi, jika muncul kasus Covid-19 di suatu tempat, maka tempat tersebut akan disterilisasi yang dipastikan menghentikan proses produksi seperti yang terjadi pada industri lainnya.

GAPKI di semua tingkatan dengan cepat mengeluarkan surat edaran mengenai penerapan protokol kesehatan antisipasi Covid-19 di kebun dan pabrik. Hal ini selain untuk memastikan operasional kebun dan pabrik, juga membantu pemerintah dan Satgas Penanggulangan Covid-19 dalam memutus rantai penularan Corona. 

"Ini sangat sulit, sejumlah negara melakukan pembatasan. Namun demikian, pada 2020 tepatnya kuartal ketiga sawit tetap memberikan sumbangan devisa USD 15 miliar. Ketika pasar ekspor melemah, permintaan dalam negeri meningkat baik untuk biodiesel mauoun olekemikal seperti bahan baku hand sanitizer dan launnya," ucap Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono saat membuka IPOC 2020 pada Desember 2020. 

Menurut catatan GAPKI, kinerja industri sawit stagnan dalam empat tahun terakhir, yang terlihat dari penurunan produksi dan nilai ekspor. Pada 2022, produksi CPO hanya 46,28 juta ton dan lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 46,88 juta ton.

Joko dalam konferensi pers di awal 2023 menyebutkan, ekspor CPO tahun lalu hanya 30,8 juta ton atau lebih rendah dari 2021 yang sebesar 33,76 juta ton. Angka ini menunjukkan ekspor menurun selama empat tahun terakhir.

Meskipun begitu, nilai ekspor 2022 mencapai US$39,28 miliar setara Rp608 triliun (asumsi kurs Rp15.500) untuk CPO, olahan dan turunannya. Capaian lebih tinggi dari tahun 2021 yang hanya US$35,3 miliar, karena harga produk sawit 2022 lebih tinggi. 

Penurunan produksi dan ekspor sawit disebabkan sejumlah kejadian tak biasa. Mulai dari cuaca ekstrem basah yang mengganggu aktivitas serangga penyerbuk, pupuk mahal dan sulit diperoleh, hingga kelangkaan minyak goreng yang membuat industri sawit harus melakukan banyak hal.

Share

Ads