loader

Hari Pahlawan 2022: Momen Pemuda Mengenang dan Mengikuti Jejak Para Pejuang

Foto

JAKARTA, GLOBALPLANET - Pahlawan pejuang kemerdekaan berjuang dengan tulus dan ikhlas. Perjuangan para pahlawan yang relan berkorban apa saja, harus menjadi teladan generasi muda agar bisa berbuat bagi bagi semua orang. 

Wakil Ketua MPR RI Yandri Susanto mengatakan itu saat mengunjungi Kantor DPP LDII pada Kamis (9/10). Ia menegaskan keteladanan yang dapat diambil dalam peringatan Hari Pahlawan adalah ketulusan dan keikhlasan para pejuang. 

"Ketulusan dan keikhlasan inilah yang membuat para pahlawan bisa membangun bangsa dan merdeka. Tak hanya itu, setelah merdeka, rakyat Indonesia khususnya Surabaya bersatu mengusir para penjajah Inggris. 

Ia menambahkan, generasi penerus Indonesia juga bisa berkontribusi untuk bangsa, meski kecil namun bermakna, "Untuk itu, ketulusan dan keikhlasan ini terus digaungkan kepada generasi muda Indonesia, agar tidak mudah terpengaruh dalam berita yang mengarah ke adu domba," ungkap pria kelahiran Bengkulu ini. 

Yandri mengungkapkan, pahlawan yang baik di era sekarang ini adalah masyarakat yang bisa berbuat baik ke semua orang, "Dalam hidup bermasyarakat, generasi muda Indonesia diharapkan bisa berbuat baik seperti para pahlawan di pelbagai aspek kehidupan," tuturnya.

Pada kesempatan lain, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro (Undip) Singgih Tri Sulistiyono mengatakan pertempuran rakyat Surabaya melawan para penjajah pada 10 November 1945, jadi episode penting sejarah bangsa Indonesia, “Indonesia yang baru saja merdeka harus berhadapan dengan pasukan elit Inggris,” ungkap Singgih yang juga Ketua DPP LDII itu.

Pada bulan Agustus 1945, Jepang masih mendominasi di Indonesia, hingga pengoboman Hiroshima dan Nagasaki. Meski, Jepang telah menyerah kalah, 15 Agustus 1945, namun pasukan sekutu yang terdiri dari Amerika Inggris hingga Belanda, itu belum datang ke Indonesia," kata Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro, Singgih Tri Sulistiyono.

Singgih pun menjelaskan, mulai bulan Oktober, pasukan sekutu mulai datang, baik lewat Jakarta maupun Surabaya yang menjadi salah satu kota besar di Indonesia, "Nah, kebetulan pasukan sekutu dari negara Inggris berlabuh ke Surabaya, untuk menjaga keamanan setelah kekalahan Jepang dalam perang dunia kedua," ujarnya.

Dari pihak Indonesia mencurigai kedatangan pasukan sekutu diboncengi dengan pasukan Belanda yang kerap disebut NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies). "Melalui kecurigaan tersebut, masyarakat Indonesia, khususnya Surabaya, takut jika nantinya pasukan sekutu akan membantu Belanda untuk menjajah kembali Indonesia," lanjutnya. Inilah yang memicu perlawanan rakyat Surabaya. 

Dampak perlawanan rakyat Surabaya, menurut Singgih, pasukan Inggris merasa dipermalukan karena sebagai pemenang Perang Dunia II dan memiliki tentara profesional. Namun hanya melawan gerilyawan yang tidak begitu terlatih, sampai kehilangan jenderal. 

Share

Ads