loader

Evaluasi Peran Dinas Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan sebagai Solusi Problematika Literasi Masa Kini

Foto

LITERASI - merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan kita. Masyarakat awam mungkin mengartikan literasi sebatas membaca dan menulis. Tetapi literasi tidak hanya perkara membaca, menulis, maupun berhitung saja, tetapi juga berkaitan dengan nalar kritis, mengkaji, menganalisa, maupun komunikasi. 

Secara luas literasi terbagi menjadi Literasi Baca Tulis, Literasi Numerasi, Literasi Sains, Literasi Digital, Literasi Finansial, Literasi Budaya dan Kewargaan atau dikenal dengan istilah 6 literasi dasar yang masing-masing bagiannya mempunyai peran tersendiri di masyarakat. 

Dalam indeks literasi Nasional, Indonesia mentargetkan setiap provinsi minimal mencapai 13,54% dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas literasi di negara yang terkenal dengan SDA nya yang berlimpah itu. Untuk Provinsi Sumatera Selatan sendiri nilai indeks literasi masyarakat nya mencapai 14,57% pada 2022. Itu bearti Nilai tersebut melampaui target indeks literasi nasional nasional yang ditargetkan. 

Pencapaian nilai indeks literasi masyarakat Sumsel yang di atas target nasional tersebut tidak terlepas dari peran pemerintah provinsi setempat khususnya dinas perpustakaan provinsi sumsel sebagai salah satu wadah untuk menanamkan budaya literasi dan pengembangan program-program literasi bagi masyarakat. 

Dinas perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan yang terletak di jalan Demang Lebar Daun No.47, Lorok Pakjo, Kec. Ilir Bar. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30151 telah banyak menerapkan berbagai program untuk mendukung budaya gemar literasi sebagai solusi berbagai problematika di masyarakat dewasa ini. 

Dispustaka Prov Sumsel membuka ruang seluas-luasnya untuk berbagai komunitas literasi maupun lembaga yang ingin berkolaborasi dalam program-program literasi. Layanan Perpustakaan dibuka hari senin-sabtu di jam kerja, sedangkan untuk pemakaian aula maupun ruang Dispustaka Prov Sumsel untuk berbagai program literasi terbuka setiap hari, selagi waktu nya tidak bertabrakan dengan komunitas maupun lembaga lainnya. 

Tidak hanya itu, Dispustaka Prov Sumsel  juga sering mengadakan Festival Literasi yang di dalamnya terdapat banyak lomba terkait 6 literasi dasar yang ada maupun melakukan kolaborasi dengan berbagai komunitas literasi untuk membuat program-program sosial yg berkaitan dengan literasi untuk menyelesaikan problematika literasi yang ada di masyarakat.

Dispustaka Prov Sumsel yang terbuka untuk siapa saja, menjadikannya salah satu rekomendasi untuk dikunjungi. Adanya perpustakaan memang digunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, dan berbagai layanan yang telah ada sejak dahulu. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat, perpustakaan sebagai pusat informasi tentu mendukung pengguna dalam memenuhi informasi yang dibutuhkan.

Namun, itu saja tidak cukup untuk mengatakan Provinsi Sumsel sebagai provinsi terbaik dalam membudayakan literasi. Nyatanya masih banyak problematika literasi yang ditemukan. Ditambah lagi, jika disandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Indonesia menempati ranking 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi,atau berada 10 negara terbawah yang memiliki literasi tingkat rendah. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.

Permasalahan yang terjadi terhadap literasi masa kini salah satunya adalah keinginan pengguna yang dinamis namun fasilitas yang disediakan belum memumpuni. Buku yang tidak diperbarui ketersediaannya, stop kontak yang sedikit di meja baca, tata ruang baca yang terkesan gelap, hingga tampilan fisik bangunan yang seolah tidak terawat menjadi penyebab kurangnya minat orang untuk memanfaatkan fasilitas di perpustakaan. Hal ini berkenaan dengan rasa nyaman dari pengguna.

Terlebih lagi pengguna saat ini yang cenderung didominasi anak modern, sehingga diperlukan inovasi baru dalam hal memberikan kenyamanan perpustakaan bagi pengguna berdasarkan tata fisik dan ruang perpustakaan yang  instagramable atau sesuai dengan keadaan saat ini.  Jadi, sebenarnya masalah utama literasi dianggap bukan pada rendahnya minat baca. Namun, pada akses bahan bacaan dan fasilitas untuk membudayakan literasi itu sendiri yang dianggap menjadi penghambat utama. Ditambah lagi masyarakat khususnya yang ada di kampung masih banyak yang merasa awam terkait literasi dan betapa pentingnya literasi dalam kehidupan. 

Untuk itu peran Dinas Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan sangat diharapkan untuk menyelesaikan berbagi problematika di bidang literasi tersebut. Misalnya dengan kembali menata perpustakaan, mengadakan sosialisasi terkait literasi, hingga menjemput bola dari kampung ke kampus, atau dari lembaga ke lembaga terhadap upaya membudayakan masyarakat gemar literasi.

Oleh : Winda Eprilia

(Mahasiswi Pascasarjana Universitas Sriwijaya)

Share

Ads