loader

Berjuang Raih Cita-Cita, Gagal Lalu Bangkit Lagi

Foto

PALEMBANG, GLOBALPLANET.news - Pria Kelahiran, Bogor, 14 Oktober 1977 ini duduk menjadi Kasat Reskrim Polrestabes Palembang yang merupakan lulusan Perwira Polri Sumber Sarjana (PPSS) tahun 2003. 

Dia bercerita tentang perjalanan karir, hingga bisa menjabat sebagai Kasat Reskrim Polrestabes Palembang, diawali dengan cita citanya sejak kecil yang ingin menjadi polisi.

"Saya berkeinginan untuk menyenangi orang tua saya. Bapak saya seorang polisi, oleh karena itu saya juga ingin jadi polisi sebagai penerus. Lulus pendidikan SMA N 1 Purwokerto tahun 1996, saya ikut tes Akpol (Akademi Polisi), angkatan 99 kalau lulus kemarin," kata dia. "Saat itu badan saya agak gemuk, tetapi waktu itu saya tetap berusaha keras melakukan persiapan fisik," sambungnya.

Setelah tes demi tes saya lalui sampai terakhir di Kota Magelang, dirinya pun sempat kecewa karena karena menderita penyakit tipes dan tumbang (gugur), lantaran seminggu sakit. 

"Setelah itu saya memutuskan untuk kuliah di Universitas Pakuan, Bogor. Di Fakultas Hukum. Karena sempat kecewa tidak lulus Akpol, waktu awak kuliah saya sempat males-malesan," tukasnya.

Lulus kuliah tahun 2002, umur saat itu 26 tahun, Tri kembali merajut cita-citanya dengan mengikuti tes polisi PPSS yang saat itu hanya dengan satu kesempatan tes.

"Saat tes PPSS Tahun 2002, seluruh indonesia waktu itu ada 4 Polda yang diterima lulus sarjana hukum, dan Akhirnya saya tes dari Palembang. Alhamdulilah saya pun ranking 1 dari 40 orang dan berangkat ke Semarang, pendidikan selama 1 tahun, saat itu waktu pendidikan PPSS masih bergabung dengan Akpol 2003," jelas Kompol Tri Wahyudi.

Diakui Tri, dirinya merasa kaget karena mendapatkan jabatan Kasat Reskrim Polrestabes Palembang  "Ya saya jalani dengan kerja keras, bismillah amanah ini saya terima. Saya berupaya menjadi yang terbaik," katanya.

Untuk tantangan menjabat Kasat Reskrim tentunya sangat luar biasa, dirinya melakukan pemetaan terlebih dahulu di tempat titik titik rawan tindak kejahatan. 

"Saya siasati dengan menguatkan petugas Opsnal di lapangan, yang terdiri dari Pidum, Ranmor, Tekab 134 dan Resmob. Petugas opsnal ini betul-betul kerja di lapangan mereka bener-bener mencari para pelaku tindak kejahatan, seperti 3C yang terjadi di Kota Palembang. Mereka saya kasih kepercayaan yang tentunya harus di jaga, sama seperti saya menjaga kepercayaan Kapolda Sumsel dan Kapolrestabes Palembang," ungkap Kompol Tri Wahyudi.

Dan terbukti setelah tiga bulan anggota berhasil mengungkap kasus dan pelaku kejahatan hampir 70 orang. Mulai dari curat, curat, curanmor, perlindungan anak, Pengelapan uang umroh, dan lain lainnya. "Alhamdulilah laporan yang masuk satu persatu bisa diselesaikan apalagi yang viral di medsos," tukasnya.

Bukan hanya itu, pihaknya lakukan patroli dan hunting rutin. "Kami penegak hukum ya jika ada tindakan kami juga harus bisa main dilapangan, minimal dari pencegahan. "Terbukti dalam waktu 1 bulan seperti 1 bulan kemarin, terakhir kita menggelar ungkap kasus ada 45 pelaku kejahatan 3C berhasil diringkus beserta barang bukti," ujarnya.

Reserse ini indentik dengan busur dan panah. Jargon Kapolrestabes Palembang "Jagoan Palembang Jago Palembang," Kalau saya  "Panah melesat tepat sasaran". Karena melesat itu bisa kemana saja.

"Saya ibaratkan anggota opsnal ini anak panah bukan busurnya, kalau panahnya melesat kemana saja bisa. Tepat sasaran. Artinya setiap anggota reserse kalu keluar dari kantor, pertama mindik harus lengkap, yang dituju sudah ada, tidak sembarangan melesat dan bisa melekat dimana pun," jelas Kompol Tri Wahyudi.

Share

Ads