PALEMBANG, GLOBALPLANET - Melihat tumpukan limbah dari depot pintu dan kusen itu, akhirnya Ulinnuha minta dan dikasih pemiliknya. Awalnya membuat miniatur dilakukan hanya untuk mengasah keahliannya, karena waktu sekolah di SMK jurusan industri kayu dan tekstil.
Selain itu, tentu karena dari setelah lulus sekolah selalu ditolak kerja dan tak pernah menjadi karyawan. Siapa sangka, kini dirinya berhasil menjadi pengrajin kayu dan sukses menjual hasil karyanya hingga ke luar negeri.
"Awalnya dulu melamar kesana-kesini tidak pernah diterima kerja. Mungkin karena saya hanya lulusan SMK atau mungkin akibat saya seorang perantau, orang tidak percaya dengan kemampuan yang saya miliki. Sampai titik lelah saya mencoba menciptakan karya dari kayu limbahan bekas pabrik," kata Ulinnuha ditemui Selasa (7/1/2019).
Sebelum memulai usaha miniatur ini, Ulin mengaku terus belajar dan minta-minta kayu bekas. Tahun 2015 ada lomba yang digagas Pemerintah Kota Palembang kerjasama dengan UMKM dan dirinya ikut serta dengan membawa karyanya yakni miniatur Jembatan Ampera.
Dengan niat yang nekat, Ulin mengawali usaha dengan hanya bermodal uang Rp50 ribu untuk menghasilkan karya luar biasa. Saat itu, ia membeli modal satu papan seharga Rp38 ribu per 2 meter untuk membuat miniatur dan ikut serta dalam perlombaan.
"Ternyata, karya tersebut menang dan jadi awal saya siap membuka usaha dengan memanfaatkan uang dari hadiah lomba yang tidak terlalu banyak. Saya manfaatkan untuk beli mesin pemotong kayu. Sekarang miniatur paling jauh dikirim ke negara Kincir Angin, Belanda, dan saya jual dengan harga 10 kali lipat dari modal awal, bahkan ada yang lebih mahal lagi sesuai ukuran," jelasnya.
Awalnya, ia melanjutkan, hasil karya pertama adalah gantungan kunci berbentuk buah-buahan. Pada tahun 2015, dari hanya minta akhirnya Ia membeli kayu-kayu dari depot pintu yang merupakan kayu berasal dari pohon durian untuk buat miniatur. "Pertamanya gantungan kunci itu saya jual nitip di toko-toko ternyata laku dan mulai dilihat pasar," singkatnya.
Meski belum memiliki pegawai, Ulin megatakan rumahnya saat ini menjadi pabrik pembuatan miniatur. Berlokasi di Jalan Residen Abdul Rozak Lorong Pagar Gunung Nomor 64 Palembang, industri rumahan bernama Mellin Gallery ini juga turut dibantu sang istri dan keluarga.
"Pegawai eksternal tidak ada tapi dibantu istri dan keluarga, hasilnya kita berbagi dengan sistem masing-masing tugas kerja dengan mengumpulkan setiap pendapatan yang kita terima setiap minggunya, bukan gaji perbulan. Alhamdulillah sekarang dalam satu minggu bisa ngirim miniatur ke 50 kota, dengan per kota bisa puluhan miniatur dan ratusan gantung kunci. Belum yang kita kirim juga ke Malaysia dan Singapura," jelas dia.
Ulin menambahkan, proses penjualan miniaturnya yakni dengan memanfaatkan sosial media dan menaruh di koperasi sekolah. Karena Ulin juga merupakan guru honor di SMKN 7 Palembang.
"Saya minta bantuan sekolah untuk mengoper ke koperasi, dan lewat instagram atau facebook. Soalnya pengaruh sosmed luar biasa. Untuk miniatur Jembatan Ampera ukuran 30 cm x 22 cm, saya jual Rp175 ribu persatuannya, sedangkan gantungan kunci satuannya Rp10-15 ribu," tambah dia.
Berkat kegigihannya sejauh ini, usaha rumahan Ulin sekaligus lokasi pabrik produksi sudah menjadi salah satu UMKM binaan CSR salah satu perusahaan swasta dan sering ikut pameran serta banyak peminat.
"Sekarang sudah sering ikut pameran dan banyak pesanan dari gerai oleh-oleh Palembang yang bisa request buat pola miniatur seperti bentuk monpera, pulau kemarau dan ikan belido," pungkasnya.