BANYUASIN, GLOBALPLANET - Penandatanganan perjanjian kerjasama ini terkait rencana pembangunan jalan penghubung, dermaga penyeberangan yang berada di Taman Nasional Berbak dan Sembilang tepatnya di zona pemanfaatan rimba dan zona rehabilitasi TN Sembilang yang secara administratif Banyuasin.
"Adanya MOU ini, maka warga binaan proyek transmigrasi yang sudah memimpikan terbuka dari keterisoliran selama 40 tahun terwujud,” kata Bupati Banyuasin Askolani.
Diakuinya selama ini, keinginan Pemkab Banyuasin dan warga sekitar yang ingin mempunyai jalan penghubung dan dermaga penyeberangan guna membuka akses dan memperpendek jarak ke Ibukota Kabupaten Banyuasin dan ibukota Provinsi Sumsel, terhalang oleh kawasan hutan suaka alam Tanam Nasional Sembilang.
Tapi berkat usaha keras Pemkab Banyuasin bersama instansi terkait lainnya mengusulkan permohonan kementerian lingkungan hidup kehutanan Republik Indonesia melalui Dirjen KSDAE sejak awal tahun 2020 lalu, dan ditindaklanjuti oleh Kementerian LHK. "Hingga akhirnya pada hari ini terealisasi,” bebernya.
Dengan adanya pembangunan jalan dan dermaga di Kecamatan Karang Agung Ilir itu, tidak hanya membuka keterisoliran. Tapi juga ada multiefek dari pembangunan tersebut, mulai dari meningkatkan perekonomian masyarakat sebagai lumbung pangan dan lain sebagainya. "Mempercepat pengeluaran barang dari daerah produksi ke daerah pemasaran, sehingga meningkatkan nilai jual barang,” ucapnya.
Namun dengan adanya keterbukaan itu, maka pengaruh negatif dapat masuk seiring dengan interaksi dari luar daerah dan lain sebagainya seperti narkoba, permasalahan kamtibmas, sosial. ”Itu butuh peran serta seluruh aparatur desa, untuk mengantisipasinya,” ungkapnya.
Diakuinya selama ini, jarak tempuh dari dermaga PU atau sebaliknya ke Karang Agung Ilir ditempuh dengan waktu dua jam bahkan lebih. ”Itu menggunakan speedboat atau jukung,” terangnya. Tapi jika telah terbuka akses ini, maka Karang Agung Ilir menuju Dermaga Penyeberangan ke Dermaga Pelabuhan TAA bisa ditempuh hanya 10 menit.
Lebih lanjut ia mengungkapkan kepada masyarakat agar menjaga kawasan TN Berbak Sembilang dari pembalakan liar, karhutla. "Harus dijaga secara aktif, jangan sampai ada pembalakan dan karhutla,” imbuhnya. Apalagi kawasan TN Berbak Sembilang itu merupakan destinasi wisata hutan manggrove yang terbesar di Indonesia, migrasi burung siberia, harimau sumatera dan lainnya yang tentunya menjadi nilai jual kepada turis dan internasional.
Sementara itu, Ir Pratono Puroso MSC Kepala Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang mengatakan kalau TN Berbak dan Sembilang itu berada di wilayah Kabupaten Banyuasin, tentunya dalam pengelolaan berdasarkan kebijakan daerah dan aspirasi masyarakat. "Adanya kerjasama ini, maka kawasan desa tidak terisolir lagi,” pungkas dia.