PALI, GLOBALPLANET.news - Meski saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati, politikus muda ini ternyata tidak mendapatkan dukungan dari Partai PDI Perjuangan untuk maju kembali berlaga dalam Pilkada PALI 2020.
Hal itu ternyata tidak menyurutkan suami dari Sari Widyawati Lacony ini untuk tetap berkecimpung dalam dunia politik yang telah membesarkan namanya.
Berukit petikan wawancara wartawan Globalplanet.news, Eko Jurianto dengan Plt Bupati PALI Ferdian Andreas Lacony:
Menjabat sebagai Plt Bupati PALI, Apa yang akan Bapak kerjakan?
Posisi Plt Bupati waktunya singkat, saya memastikan agar Pilkada berjalan lancar, tidak menimbulkan cluster COVID - 19.
Bagaimana dengan penanganan COVID - 19 di Kabupaten PALI?
Saya akan memastikan program-program terkait jaring pengaman sosial dari pemerintah pusat dan daerah untuk memperkuat ekonomi masyarakat dapat berjalan sesuai aturan.
Tidak maju dalam Pilkada karena tidak didukung partai, apakah Bapak akan berhenti dari dunia politik?
Meski tidak mendapatkan rekomendasi saya tidak akan berhenti berpolitik. Politik itu intinya adalah pengabdian, pengabdian kepada rakyat, agama, keluarga, bangsa dan negara.
Sebentar lagi masa jabatan Bapak akan habis, apa yang dilakukan?
Komitmen saya untuk mengabdi tidak dibatasi oleh jabatan, justru ketika tanpa jabatan saya akan lebih leluasa serta lebih sering untuk mengemukakan ide dan pikiran saya. Jadi jangan berpikir bahwa saya akan meninggalkan PALI, ketika saya tidak memiliki jabatan lagi. Bagi saya, PALI khususnya dan Sumsel umumnya adalah tanah pengabdian saya.
Berbicara tentang politik, apa yang mendasari Bapak berkecimpung di dunia politik?
DNA politik saya banyak berasal dari keluarga. Ayah dan Ibu saya adalah anggota GMNI tahun 60- an ketika mereka kuliah di Fakultas Hukum Unsri. Datuk saya, Anwar Bey, ayah dari ibu saya, adalah pejuang dan anggota partai, terlibat dalam pertempuran melawan Belanda. Sedangkan yai (Kakek) saya, Ibrahim Lacony adalah Kepala polisi sumbagsel di tahun 1940an.
Lalu, terjun sendiri kedua politik?
Jadi saya punya DNA Politik dari keluarga, maka saya terlibat politik sejak tahun 1997 sebgai aktivis mahasiswa. Masuk PDI Perjuangan tahun 2004, itu karena diminta oleh pak Taufik Kiemas, ketika bertemu dengan beliau di SMB II Tlang Betutu saat itu.