loader

Dinamika Jelang Pemilu 2024

Foto

PEMILU - 2024 merupakan momentum tahun politik dan pesta demokrasi lima tahunan yang mesti dilalui. Suasana politik tahun ini sudah mulai memanas, namun jangan sampai memecah belah bangsa. Pemilihan umum merupakan salah satu pilar demokrasi sebagai wahana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis. 

Pemerintahan hasil pemilu diharapkan menjadi pemerintahan yang mendapat legitimasi kuat dan amanah. Ini berarti bahwa pemilu menjadi tonggak tegaknya demokrasi. Di mana rakyat secara langsung terlibat aktif dalam menentukan arah dan kebijakan politik negara untuk lima tahun ke depan. Sehingga diperlukan upaya dari seluruh komponen bangsa untuk menjaga kualitas pemilu.

Pemilu 2024 masih terbuka kesempatan bagi tokoh-tokoh untuk bergerak mendongkrak elektabilitasnya sebagai calon presiden dan wakil preside. Pemilu 2024 akan ada pertarungan besar yang akan melibatkan 18 partai politik yang sudah dinyatakan lolos verifikasi berkas. Pemilu 2024 nanti terdiri dari Pemilu Legislatif (Pileg) untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Selain itu akan dilaksanakan pula Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Dinamika politik diyakini bakal ada pertarungan setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P memutuskan mengusung Ganjar Pronowo sebagai bakal calon presiden. Antarpartai politik berusaha saling meyakinkan agar jalan figur yang mereka usung untuk maju dan memenangkan Pemilihan Presiden 2024 kian lapang. Ini membuat potensi perubahan poros koalisi yang telah terbentuk kian besar.

Dinamika politik dan penjajahan koalisi yang terjadi saat ini berpotensi memunculkan tiga, empat poros kualisi di Pilpres 2024 jika melihat dinamika yang ada. Di poros koalisi yang pertama adalah koalisi Indonesia Bersatu yang diusung oleh Golkar, PAN dan PPP. Koalisi ini sudah mencapai ambang batas 20% kursi DPR, sedangkan PDI Perjuangan yang bisa mengusung capres sendiri tanpa berkoalisi dan kemungkinan ada poros Nasdem, PKS, dan PDI.

Untuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terbentuk paling awal diharapkan tetap dan menjaga soliditasnya. Tetapi saat ini semua koalisi masih dalam situasi sama antara Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, dan Koalisi Perubahan. Masing-masing belum melakukan deklarasi capres atau belum ada pergerakan apa-apa.

Namun ada yang menarik di partisipan menjelang pemilu 2024 ini yang mana target tingkat partisipan ini adalah kaum milenial yang sebelumnya mencapai 84% disarankan untuk dapat ditingkatkan. Target berikutnya bagi anak muda milenial dan kaum difabel lebih diutamakan agar mencapai level partisipan sebesar 90%. 

Saya termasuk ke kaum milenial yang mana pada tahun 2024 ini akan mencoblos tetaplah menjadi partisipan yang cerdas karena saat kita mencoblos sama saja mnenetukan bagaimana nasib negara Indonesia selama lima tahun kemudian. Maka dari pada itu berbijak bijaklah dalam memilih pemimpin karena ditangan kita inilah penentu kemajuan bangsa Indonesia.

Untuk menjadi sosok pemimpin ini Indonesia membutuhkan pemimpin yang otentik. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bukan berorientasi pada pencitraan di media sosial. Karena kerap sekali pemimpin yang banyak pencitraan di media sosial tetapi sulit membuktikan janjinya sendiri.


Penulis: Dian Eliza 
Mahasiswi Ilmu Politik Universitas Raden Fatah Palembang

 

Disclaimer: Artikel dan isi tanggung jawab penulis

Share

Ads