SUHU - politik kian hari kian memanas. Semua langkah dilakukan petinggi demi memenangkan pemilu 2024 ini. Berbagai macam opini pun digiring dengan rapi melalui sosial media dan menyebar luas di kalangan masyarakat terutama pada masyarakat awam.
Sanjung menyanjung hingga nyinyir menyinyir demi mengangkat dan menjatuhkan beberapa pihak yang terkadang menimbulkan suhu politik yang panas. Opini yang tersalurkan pun dinilai berbeda bagi setiap sudut pandang masyarakat. Kepada tokoh partai yang tidak disenangi akan terus dicari kesalahan dan kepada tokoh partai yang disenangi akan terus dijunjung semakin tinggi tanpa memperhatikan terlebih jauh dan dahulu apakah itu adalah fakta atau hanya sebuah opini yang sedang dipermainkan kelompok tertentu.
Media sosial yang ampak menjadi sarana melihat isi dunia pun ternyata bisa memanipulasi mata seolah mata menjadi buta akan kebenaran serta menjadi terhipnotis akan berbagai hal yang sedang dimanipulasi dengan sedemikian rupanya. Sebagian ada yang menggunakannya untuk memberi edukasi dan sebagian pula ada yang menggunakan untuk menjatuhkan pihak lain. Sebenarnya media sosial adalah wahana paling fleksibel dan efisien dalam bersosialisasi dan beropini. Hanya saja penggunaan media soail dapat menipu setiap mata yang masih buta akan dunia politik.
Edukasi kepada masyarakat sangat penting mengenai hak dan kewajiban mereka dalam memilih. Memberi edukasi bukan hanya keajiban pemerintah saja, melainkan juga keajiban setiap partai, media masa serta dunia pendidikan. Kesadaran masyarakat tentang baik atau buruknya dampak dalam 5 tahun ke depan saat diperlukan demi tidak salah memilih pemimpin yang hanya mementingkan kepentingan induvidu dan kelompok saja apalagi karna diimingi-imingi janji palsu, politik uang hinga kampanye hitam. Hasil pemilu bukanlah akhir segalanya. Perjalanan masih panjang, maka diperlukan pemimpin yang berkualitas untuk memegang negeri ini.
Agar tidak membeli kucing dalam karung, masyarakat memerlukan edukasi agar lebih cerdas dalam memilih pemimpinnya. Memberikan edukasi terhadap proses demokrasi dan sebagainya. Kondisi ini pun menuntut para pemilih untuk menjadi cerdas dan sadar bahwa pemilu adalah sarana paling dasar untuk melahirkan pemimpin yang mampu mengayomi rakyat. Masyarakat yang buta akan politik sangat perlu diarahkan oleh yang sedikit banyaknya paham dan jujur dalam menyampaikan edukasi. Demi kemajuan bangsa, pemilih yang cerdas sangatlah dibutuhkan. Saling membahu dan membimbing satu sama lain tanpa termakan janji manis dan suapan yang malah mengorbankan nasib kita 5 tahun ke depan.
Kecerdasan memilih sangat penting disuarakan dikarenakan belakangan ini kita terus disuguhi bobroknya integritas sebagian pemimpin negeri ini. Pemilu sejatinya merupakan filter untuk menyaring pemimpin yang berkualitas. Rakyat adalah pemegang hak penuh atas filter tersebut. Rakyat tak boleh bergerak pasif, karana sebenarnya kitalah yang berperan penting dalam melahirkan pemimpin yang berkualitas.
Semakin kita berani menentukan pilihan sendiri, maka negara akan semakin kuat dalam meujudkan tata pemerintahan yang baik. Kenapa harus pemilih yang cerdas dan berkualitas? Karena pemilih seperti itu akan menimbulkan sinergi antara pemilih dan pemimpin yang akan saling berkontribusi positif untuk kehidupan negara yang baik, adil dan sejahtera. Pemilih yang cerdas akan mengasilkan pemimpin rakyat yang berkualitas.
Penulis:Ayu Mellysa
Mahasiswai FISIP UIN Raden Fatah Palembang
Discalaimer: Artikel dan isi tanggung jawab penulis