PALEMBANG, GLOBALPLANET - Kepada globalplanet.news melalui handphone, Selasa (8/9/2020), Andriani mengungkapkan telah memproduksi gula batok berbahan aren sejak beberapa tahun lalu. "Saya menggunakan nama Jasmine untuk produk gula batok aren saya ini," kata Andriani.
Selain gula batok, ia juga memproduksi gula semut yang juga berbahan baku aren. Ia memproduksinya secara massal namun dengan tetap mempertahankan kualitas, termasuk citarasanya.
Ia juga punya gudang tersendiri untuk gula batok dan gula semut bermerek Jasmine tersebut. Selain memproduksi gula batok, Andriani mengaku turut membantu anggota keluarganya yang berjualan makanan khas Sumsel, yakni Pempek.
"Saya tergabung dalam ASPPEK, Asosiasi Pengusaha Pempek. Dan dalam membuat cuka untuk Pempek juga butuh gula aren," kata Andrian. Karena itu tidak heran kalau Andriani membutuhkan pasokan gula aren dalam jumlah banyak.
"Setiap bulan saya butuh 19 ton gula batok aren. Selama ini saya belinya di Ciwidey, Jawa Barat. Namun sering pasokan di Ciwidey terbatas karena gula batoknya dibeli oleh perusahaan-perusahaan besar yang memproduksi bahan pangan seperti perusahaan kecap dan lainnya," kata Andriani.
Akhirnya ia mencoba mengalihkan pembelian gula batok dari para petani di daerah Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan. Tetapi ia melihat para petani setempat tidak fokus pada tanaman aren. "Sepertinya para petani di Ranau lebih suka tanaman kopi," katanya.
Situasi ini membuat ia berencana membuka perkebunan aren seluas 10 hektar di Sumsel. Ini dilakukan agar kelak ada kepastian pasokan agula batok aren merek Jasmine yang ia produksi. Perempuan tangguh ini menyatakan yakin kalau komoditas aren memiliki masa depan yang cerah.