JAKARTA, GLOBALPLANET.news - Setiap orang yang positif covid akan mendapatkan pengalaman fisik yang berbeda-beda. Yang umum adalah demam, sesak nafas, dan merasakan sakit di sekujur tubuh. Ada juga yang menjadi pelupa, gagal fokus, pun ada yang muncul bercak-bercak merah di sekujur tubuh.
Namun, sebagian besar pasien positif covid, merasakan pengalaman batin yang sama. Bahasa sekarang, galau. Ada juga rasa khawatir dan cemas, bahkan jika gagal mengendalikan bisa depresi dan mengganggu kesehatan jiwa. Kemenangan dalam mengelola hati, jiwa, dan pikiran ini akan menentukan kesuksesan kita dalam perang melawan covid-19 ini.
Saya belajar dari pengalaman sahabat saya Ustad Agus Mustofa, penulis buku-buku tasawuf modern, yang positif covid dengan gejala yang berat. Betapa ketika beliau mengikhlaskan hati dan tawakal, Allah langsung memberikan jalan keluar. Saya juga mendapatkan kiriman video tausiyah Ustad Ary Ginandjar, pendiri ESQ, betapa ketika beliau mampu menata hati, tiba-tiba Allah memberikan jalan keluar. Sebagai seorang yang beriman, saya percaya hal ini.
Perlu waktu dua hari bagi kami (saya dan istri) untuk regain kontrol atas hati dan pikiran kami. Manusiawi ya karena banyak sekali kekhawatiran dan rasa cemas yang datang setelah tahu bahwa kami positif covid-19. Beruntung kami memiliki banyak sahabat baik yang terus menerus menyemangati. Tidak saja mengirimkan pesan WA penyemangat dan mengirimkan banyak makanan, multivitamin, obat-obatan, buah, dan banyak lagi. Tetapi juga ada yang mengirimkan doa-doa dan shalawat yang perlu diamalkan. Sampai ada yang mengirimkan video-video yang lucu. “Buat penambah imun,” kata teman-teman.
Sahabat yang tulus akan selalu hadir pada saat kita membutuhkan. Saya berterima kasih kepada mereka semua: para tetangga yang baik, tim di kantor, dan juga para sahabat dari ragam profesi. Teman-teman wartawan juga memberikan perhatian yang luar biasa besar.
“Kabeh iki teko Gusti Allah, Bro. Sing iso marasno yo Gusti Allah (semua dari Allah dan yang bisa menyembuhkan ya Allah, Red.),” kata sahabat saya Kurniawan Muhammad, Direktur Jawa Pos Radar Malang, menyemangati lewat telepon.
Saya mulai menjalani pengobatan medis segera setelah terkonfirmasi positif. Mendapatkan seorang dokter senior yang sangat tegas, membuat kami senang dan takut. Selama masa pengobatan intensif enam hari, kami diminta menghentikan konsumsi obat-obat dan multivitamin lain selain yang diresepkan dokter. Saya mendapatkan antibiotik, obat antivirus, dan multivitamin. Semua pengobatan ini saya laksanakan dengan disiplin.
Kami ingin sembuh. Apalagi pada hari-hari pertama isolasi mandiri, indera penciuman dan perasa kami tiba-tiba hilang. Tidak bisa mencium bau apapun, mau itu parfum pun minyak kayu putih. Karena kami tahu bahwa kehilangan indera penciuman dan perasa adalah gejala umum dari pasien covid, kami relatif tenang. Hanya panik di awal.
Selama isolasi mandiri kegiatan saya isi dengan rutinitas yang mengarah menuju pulih dan sehat. Bangun tidur usai shalat subuh minum air hangat dan menghirup uap air hangat yang saya campur minyak kayu putih. Jam 7 pagi sarapan dan minum obat, dilanjutkan dengan berjemur serta olahraga ringan (sepeda statis).
Lanjut mandi dan baca buku (setelah hari ke-9). Pekan pertama isolasi mandiri, usai mandi pagi, saya lihat Youtube khusus mendengarkan tausiyah KH Anwar Zahid dari Bojonegoro. Tausiyah kyai kondang dari Bojonegoro ini bukan saja menjadi siraman rohani kami setiap pagi dan membuat hati tenang, tetapi membuat kami setiap pagi tertawa terpingkal-pingkal.
Kyai Anwar Zahid, seperti kita tahu, selalu menyampaikan tausiyah-nya dengan Bahasa Jawa Timur yang khas dan disampaikan dengan guyonan kampung yang lucu.
Hari ke-9, bangun dari tidur, seperti biasa saya langsung mencari minyak kayu putih. Saya teteskan ke tangan dan saya tempelkan ke hidung. "Wah kerasa tajam sekali aroma minyak kayu putihnya," batin saya.
Saya cari tempat parfum, saya semprotkan di lengan kiri. Saya cium lengan saya. Terasa aromanya. Saya ambil parfum lainnya, saya semprotkan di lengan kiri, aromanya sangat terasa. Saya langsung bangunkan istri. “Ma, indera penciuman Ayah normal kembali, Subhanallah.”
Istri melakukan hal yang sama dan Subhanallah, penciuman dia kembali normal juga. Allahu Akbar. Saya ajak istri shalat Subuh berjamaah, bersyukur atas kembalinya indera penciuman dan juga kemudian indera perasa.
(tofan.mahdi@gmail.com)