loader

Perkembangan Media Cetak di Era Digitalisasi

Foto
Ilustrasi era digital. (Foto: komunikasulut.com)

PERKEMBANGAN - teknologi begitu cepat sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat di seluruh penjuru dunia. Orang-orang saat ini memiliki kebiasaan yang tidak bisa lepas dari perangkat elektronik. 

Kebiasaan kebiasaan manusia saat ini tidak terlepas dari yang namanya internet. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi di era globalisasi seperti saat ini tentunya akar berdampak bagi kehidupan sosial, tak terkecuali pada dunia perpolitikan.

Kelebihan media online contohnya, perkembangan teknologi yang semakin maju membuat internet semakin terdepan. Di mana hampir setiap aktivitas manusia berhubungan dengan internet, seperti media sosial. Hampir setiap orang pasti memiliki yang namanya media sosial seperti instagram, twitter, facebook, dan lain lain. 

Medsos inilah yang menjadi media untuk berkomunikasi jarak jauh dan juga medsos sebagai wadah bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat. Tapi di sisi lain, perkembangan media online juga menjadi ancaman bagi media cetak atau koran. Pesatnya kemajuan teknologi mendorong masyarakat untuk mengakses media online secara mudah melalui smartphone atau gadget. 

Jika diperhatikan, media cetak eksistensinya mulai terancam. Para pembaca setia media cetak berkemungkinan akan beralih ke media online. Realita itu sepertinya memang cukup mengancam para penerbit media cetak. Tapi, media cetak memiliki karakter yang khas seperti: beritanya yang jelas, lengkap dan juga terperinci, terlebih lagi selama bertahun tahun, media cetak menemani perkembangan peradaban manusia, hingga tidak mudah dilupakan. 

Sisi positif perkembangan teknologi adalah dapat membuka akses dan juga meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyebaran informasi dan pengawasan terhadap pemerintahan yang demokratis. Pada umumnya surat kabar dan juga majalah berorientasi pada khalayak. 

Berita dibuat agar semakin mudah dipahami, berita bisnis dan juga gaya hidup tak terkecuali politik. Pada tahun 1970an, surat kabar mulai menyediakan kolom saran. Ini dimaksudkan agar konten dan seluruh informasi yang diterbitkan mendapatkan masukan dan saran dari pembaca, termasuk yang berhubungan dengan etika komunikasi. 

Masyarakat bisa dikatakan sensitif terhadap isi pesan yang disampaikan oleh media. Terutama bila pesannya mengandung unsur yang bertentangan dengan norma yang ada di masyarakat. Pesan yang berupa pornografi, pornoaksi, hujatan, gambar ataupun foto yang meresahkan. Pengawasan masyarakat bisa berupa opini, kritik dan juga saran yang disampaikan kepada media bahkan juga berupa demonstrasi. 

Terdapat beberapa isu pokok antara kebebasan dan juga tanggungjawab muatan pesan dalam media: 1) Pornografi, 2) pesan yang menimbulkan shock 3) pesan yang menghina (SARA).

Tidak dapat dipunggkiri bahwa penggunaan media online mempunyai kelebihan dan kekurangan yang semestinya disikapi dengan bijaksana oleh para penggunanya. Cara kerja penyebaran informasi sungguh-sungguh cepat, informasi atau data lama bisa dibuka kembali, bentuk konten yang disajikanpun sangat bermacam-macam, yaitu teks, foto, audio, video. 
Kemudian bisa diakses dengan mudah kapan pun dan di mana pun, serta penggunaannya praktis dan fleksibel. Penggunanya bisa saling berinteraksi. Meksi demikian, terdapat juga Kekurangan media online seperti informasi yang dimuat tidak selalu akurat, pengguna seharusnya mempunyai perangkat yang mensupport dan koneksi internet yang stabil, penggunaan media online dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan mata lelah serta gangguan kesehatan mata.

Realitanya, informasi apapun sangat cepat menjadi viral dalam waktu yang cukup singkat. Dengan sekali klik dan share maka akan langsung menyebar luas secara masif. Hal yang cukup menarik untuk dikaji yaitu kecenderungan masyarakat meyakini begitu saja informasi yang menyebar melalui medsos. 
Berdasarkan suatu riset Yates dalam world.edu, pada interaksi lewat medsos ada fenomena “filter bubble”.  Filter bubble atau “gelembung filter” adalah hasil olahan komputasi (algoritma) pada situs website atau medsos yang pernah diakses oleh pengguna media online (dibuka, baca,like, retweet, dan di share). 

Rekaman apa saja yang pernah diakses selanjutnya akan sering ditampilkan pada saat mengakses situs webiste atau media sosial di lain waktu, sehingga pengguna media sosial akan diarahkan pada informasi yang sesuai minat dan seleranya. Nyatanya, para pengguna medsos lebih memilih berinteraksi dengan pengguna yang memiliki minat yang sama. Hal ini berimplikasi pada mudah “menelan” informasi yang didapat dari sumber yang dipilih dan disukainya untuk kemudian dishare kepada yang lain meski bisa jadi informasi tersebut merupakan berita hoaks.

Masifnya penyebaran berita berita hoaks melalui media sosial menjadi perhatian yang serius oleh pemerintah Indonesia. Kementrian Komunikasi dan Informatika dengan memblokir situs-situs yang diindikasikan dapat menyebarkan berita hoaks.

Dalam memberantas penyebaran hoaks, pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan kerja sama dengan penyedia media sosial tapi harus juga melibatkan masyarakat secara langsung sebagai pengguna medsos. Pemerintah tidak bisa menjangkau atau pun mengintervensi Group-group WhatsApp yang sangat marak. Oleh karena itu, literasi penggunaan medsos secara cerdas sangatlah penting untuk disosialisasikan dengan metode yang variatif dan juga edukatif pada berbagai forum bahkan melibatkan media massa, baik media konvensional maupun media digital.

 

 

Penulis: Citra Restu
Mahasiswi Jurnalisme Politik Fakultas Ilmu Politik Fisip UIN Raden Fatah Palembang

 

 

 

Disclaimer: Isi tulisan tanggung jawab penuh penulis

Share

Ads