PRABUMULIH, GLOBALPLANET - Menurut Ahli Epidemiolog Sumatra Selatan Dr Iche Andriani Liberty mengatakan, konsistennya dua daerah tersebut di zona orange adalah kurang diperhatikannya tiga domain yakni Epidemiologi, Surveillance, dan Pelayanan kesehatan meliputi 14 indikator penentu zonasi.
"Memang, kedua daerah tersebut terus mandeg di zona orange karena skor indikator itu tidak pernah mencapai ketentuan, " kata Iche, Rabu (9/12/2020) kemarin.
Ini menandakan sisi hilir (Testing, Tracing, Treatment) penanganan Covid-19 bermasalah dan belum sesuai skor indikatornya. Terutama testing yang targetnya ditetapkan WHO, di Sumsel baru empat Kabupaten Kota saja yang memenuhi target tersebut, yakni PALI, Palembang, Lubuklinggau dan Muara Enim.
"Jadi ketika ada kasus Covid-19 namun tidak dilakukan testing optimal dan tracing optimal artinya kasus tak bisa terdeteksi. Penularan akan terus berlanjut ketika prokes diabaikan, " tambah Iche.
Lanjut dia, dari segi treatment ada isolasi mandiri, dirinya mencurigai jika warga yang terpapar Covid-19 dengan status tanpa gejala tidak benar-benar mematuhi aturan isolasi mandiri. Dengan sama sekali tidak keluar rumah dan menjauhkan diri dari keluarga.
"Isolasi di Rumah Sakit saya yakin pasti sudah baik. Tapi bagaimana dengan yang isolasi mandiri yang belum tentu patuh menjalani isolasi mandiri dengan memisahkan diri dengan keluarga, tidak keluar rumah, dan tidak berbagi alat makan, " jelasnya.
Ia menyarakan, Satgas Kabupaten/Kota harus mengevaluasi apa saja indikator yang skornya masih kurang dan belum juga membaik. Misalnya di Surveillance ternyata testing masih rendah maka perbaiki kualitas testing. Sehingga daerah memiliki perencanaan perbaikan kedepan.
Meski begitu, ia berharap zonasi Kabupaten/Kota tidak jatuh lebih jauh lagi.
"Sebaiknya di Kabupaten harus memetakan lagi di Kecamatan dan Kelurahan. Karena meskipun tidak ada kasus covid-19 selama dua minggu di salah satu Kecamatan/Kelurahan, yang terbaca oleh Satgas pusat tetap nilai skor indikator masih rendah," tutupnya.