loader

Saran Epidemiolog di Balik Tundanya Sekolah Tatap Muka di Sumsel

Foto

PALEMBANG, GLOBALPLANET. - "Evaluasi kami sampai saat ini peningkatan jumlah kasus tambahan cukup pesat dari awalnya 10 ribuan menjadi 11 ribuan dalam waktu 12 hari saja," ungkap Ahli Epidemiolog Universitas Sriwijaya, Dr Iche Andriyani Liberty, Jumat (1/1/2020). 

Menurut Iche tingkat resiko penyebaran Covid-19 di Sumsel masih mengancam, terutama peningkatan jumlah kasus baru di bulan Desember dibandingkan November. 

Ditambah nilai reproduksi efektif (Rt) Sumsel tidak pernah menyentuh angka dibawah 1 selama 14 hari. Nilai Rt Sumsel terakhir adalah 1,10 pada tanggal 25 Desember 2020. 

"Nilai Rt kita (Sumsel) sejauh ini hanya pernah satu kali dibawah 1, dan itupun tidak menetap selama 14 hari. Dari parameter-parameter ini sudah jelas resiko penyebaran Covid-19 Sumsel masih tinggi. Sangat beresiko kalau anak-anak belajar tatap muka," jelas dia. 

Faktanya, penyebaran resiko Covid-19 juga terjadi pada kalangan remaja usia 16 - 18 tahun ada. "Artinya klaster anak sekolah ada bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Makanya masyarakat harus mengencangkan protokol kesehatannya," kata dia. 

Meski Kementerian Luar Negeri RI telah menetapkan bahwa pintu internasional Indonesia ditutup hingga 14 Januari. Ia tetap khawatir, sebab ketika di bulan Januari dan Februari 2021 apakah kondisi akan terkontrol. 

"Walaupun tingkat kesembuhan Sumsel diatas 80 persen tapi kalau kasus aktif terus bertambah kan percuma," tegasnya.

Ia juga menyambut baik pendapatnya didengarkan oleh Dinas Pendidikan, meskipun ada beberapa pihak yang tetap menginginkan sekolah tatap muka dengan alasan geografis yang aman. 

"Momen menunda sekolah ini sudah pas, bagi yang ingin menjalankan sekolah tatap muka silahkan saja dengan mekanisme prokes yang ketat," tutupnya. 

Share

Ads