PALEMBANG, GLOBALPLANET. - Lantas kenapa, almarhum bisa lolos skrining ketika vaksinasi? Sebab, pada dasarnya sudah jelas siapapun yang tidak lolos skrining dengan 16 pertanyaan seputar kesehatan tidak boleh divaksin. Menanggapi hal ini, Ahli Mikrobiologi Sumsel Prof dr Yuwono mengungkapkan, ini tidak ada kaitannya dengan vaksin. Pasalnya, meninggalnya dokter Zamhari setelah 22 jam di vaksin.
"Sedangkan, efek yang ditimbulkan vaksin paling lama satu sampai dua jam. Berhubungan langsung sama vaksin tidak ada tetapi semua vaksin semua obat ada efek samping," ujar Prof Yuwono, Rabu (27/1/2021).
Sebelum vaksinasi, penerima vaksin harus lolos dari pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi kesehatan selama satu minggu terakhir. "Kalau sudah seperti ini artinya beliau ini jelas-jelas ada penyakit. Kok bisa lolos skrining vaksin, ini yang jadi pertanyaan," timpalnya.
Menurutnya ada dua kemungkinan kesalahan yang terjadi sehingga skrining vaksin lolos pada kasus ini. Pertama petugas skrining kurang detail dalam hal menanyakan 16 pertanyaan. Misalnya jika ia sedang tidak merasa sakit, tapi tanyakan lagi apakah sedang mengkonsumsi obat atau tidak.
"Misalnya ada tidak sakit jantung, sakit jantung kan banyak ada sakit jantung koroner ada sakit jantung lainnya pokoknya banyak. Jadi ternyata kata keluarga itu almarhum mengkonsumsi obat untuk menahan jantung koroner nah artinya waktu itu tidak tergali waktu (skrining) itu kemungkinan pertama," jelasnya.
Kemungkinan kedua almarhum sendiri tidak menyatakan apa-apa langsung saja tidak ada keluhan bahwa sehat saja. "Nah adapun pernyataan di Polda ketika rilis, itu bahwa waktu diperiksa normal saja ya jelas benar seperti itu, mohon maaf orang serangan jantung kan itu terjadi ketika kondisi biasanya normal. Seperti itu ceritanya. Jadi dua kemungkinan, kemungkinan dari pihak kita penyelenggara yaitu rumah sakit, Puskesmas. Kemungkinan kedua masyarakat harus teredukasi sehingga kalau dia punya (komorbit) atau penyakit apapun dibicarakan secara jelas," tutur dia
Dengan kejadian ini ia mengingatkan Dinas Kesehatan pihak penyelenggara vaksin, serta masyarakat terutama petugas skrining untuk menanyakan secara detail 16 pertanyaan tersebut. "Dinas kesehatan/penyelenggara kini harus lebih berhati-hati dalam menskrining orang yang mau di vaksin itu satu kemungkinan. Kemungkinan kedua masyarakat harus teredukasi sehingga kalau dia punya komorbid atau penyakit apapun dibicarakan secara jelas," katanya.
Semua pihak harus waspada ketika skrining, masyarakat dan petugas skrining harus benar-benar detail menggali informasi seputar kondisi kesehatan penerima vaksin nantinya. "Petugas harus detail menanyakan ketika skrining. Ini saja dokter bisa terlewatkan, apalagi nanti tiba giliran masyarakat yang tidak paham dengan istilah-istilah medis dan menganggap aman-aman saja padahal dia sedang mengonsumsi obat misalnya," tutupnya.