PALEMBANG, GLOBALPLANET - Andrea salah satu peneliti muda mengatakan, ia menemukan masalah yang dihadapi masyarakat di salah satu desa di Banyuasin terkait larangan membuka lahan dengan cara dibakar. Mereka menggantinya dengan cara diberi pestisida.
"Larangan membakar untuk kepentingan membuka lahan pertanian sudah jelas ditegakkan. Tapi ketika di lapangan, banyak persepsi masyarakat soal kebijakan ini ada yang menggunakan alat berat hingga menggunakan Hibrisida, " kata Andrea dalam dialog lintas generasi Gambut Sumsel via Zoom, Jumat (12/3/2021) kemarin.
Harga hibrisida yang cukup tinggi, terang dia, menjadi problem masyarakat ketika hendak membuka lahan. Dari yang biasanya biaya yang dikeluarkan sedikit sekarang menjadi lebih tinggi karena harga Hibrisida yang mahal.
"Mereka merasa tertekan diawal saja pengeluaran sudah tinggi. Sedangkan hasil tani tidak seimbang atau sesuai yang diharapkan. Walaupun sebagian sepakat dengan aturan larangan membakar ini, petani berharap pemerintah memberikan subsidi pembelian Hibrisida kepada petani/masyarakat, " jelasnya.
Sementara Juna peneliti muda gambut lainnya mengatakan, permasalahan air bersih yang digunakan masyarakat di sekitar lahan gambut turut menjadi perhatian. Air sungai di lahan gambut yang masam dan lengket dijumpai tidak harus selamanya diandalkan.
Masyarakat juga bukan pasrah dengan kondisi gambut, tetapi mereka ingin membuat irigasi manual, namun terbatas untuk melakukanya.
"Jadi mungkin bisa dibangun waduk yang tidak masam, sehingga masyarakat masih bisa memanfaat air tadah hujan, " katanya.
Sekretaris Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Eko Agus Sugianto menambahkan, komitmen Pemprov Sumsel dan TRGD untuk menyelamatkan gambut akan terus dilakukan sesuai arahan Gubernur Sumsel Herman Deru.
"Untuk peneliti muda gambut, kami TRGD siap berdiskusi terkait produk-produk kalian karena kami punya tim ahli. Memang ada hal-hal yang tidak terlihat oleh senior tapi mampu ditangkap oleh peneliti muda," ungkapnya.