PALEMBANG, GLOBALPLANET - Terkait upaya Sumsel, tim IPDN mengapresiasi aplikasi SONGKET (Sistem Operasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang dilaunching Gubernur Sumsel Herman Deru belum lama ini.
Menurut Guru Besar IPDN sekaligus Staf Khusus Mendagri.Bidang Pemerintahan, Prof Muchlis Hamdi, Gubernur Sumsel Herman Deru sangat inovatif dan kreatif yang membuktikan keseriusan daerah ini dalam mengatasi Karhutla secara diri.
"Adanya aplikasi SONGKET yang telah dilaunching paling tidak kita melihat begitu seriusnya pak gubernur dalam penanganan karhutla di Sumsel. Kita apresiasi pemikiran-pemikiran yang inovatif," katanya di Palembang, Kamis (3/6/2021).
Muchlis mengatakan, di dalam konteks tata kelola itu Pemerintah Provinsi Sumsel sudah semakin advance dalam menggunakan aplikasi. Artinya dengan hadirnya aplikasi SONGKET bahwa pemikiran inovasi dan kreatif itu terus berkembang tidak hanya terhenti disitu saja .
"Adanya aplikasi itu adalah satu indikasi membuktikan keseriusan dan tata kelola pemerintah Provinsi Sumsel dalam mengatasi Karhutla," ungkapnya.
Bersama tim ahli IPDN, pihaknya melakukan proses pembelajaran dan penelitian terkait persoalan Karhutla. Sebab Karhutla ini sangat membuatnya tertarik karena hal yang terjadi sejak lama dan terus berulang.
"Kenapa Sumsel yang kita pilih? Itu tadi kami melihat bahwa kepemimpinan pak Gubernur ini ada pemikiran yang kreatif dan inovatif dengan diperkenalkannya aplikasi SONGKET. Maka tujuan kami datang kesini melihat persoalan terhadap Karhutla," tutupnya.
Gubernur Sumsel Herman Deru menegaskan bahwa apa yang akan dilakukan oleh Tim Ahli IPDN ini cukup menarik. Menurutnya terkait dengan Karhutla sebenarnya persoalan daerah bukan menjadi salah satu prodi dari IPDN.
"Tidak banyak perguruan tinggi meneliti terkait kebakaran hutan dan lahan, meskipun ini bukan salah satu prodi IPDN tapi sebenarnya ini persoalan daerah, secara khusus penelitian ini cukup menarik," katanya.
Sebagai Kepala Daerah lanjut Herman Deru dirinya sangat konsen dengan masalah karhutla. Menurutnya karhutla itu ada dua faktor yakni membakar lahan untuk tujuan produktif. Dan faktor ketidaksengajaan karena faktor alam dan sejenisnya.
Terkait faktor ketidaksengajaan, itu akibat lahan yang terbengkalai. Misalnya ada masyarakat yang membuang puntung rokok di lahan yang kering kemudian menimbulkan api, selanjutnya gesekan kayu yang bisa juga menimbulkan api.
"Alhamdulilah dalam dua tahun terkahir kasus karhutla di Sumsel tidak terjadi. Kita lebih ke antisipasi terjadinya kebakaran," terangnya.
Hadir pada kesempatan ini, Guru Besar sekaligus Dekan Fakultas Manajemen Pemerintahan IPDN, Dr. Hailul Khairi, Asisten IPDN, Wike Anggraini, Mutia Rahmah, Nue Saribulan serta para Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Sumsel.