loader

Tuduhan Pekerja Anak Terbantahkan, GAPKI Ajak NGO Menata Rantai Pasok

Foto

JAKARTA, GLOBALPLANET - Jumat (12/6/2020) Kementerian Tenaga Kerja RI, Bappenas dan ILO menggelar peringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak dengan seminar secara online. Dibuka oleh Menteri Tenaga Kerja RI dan dihadiri 312 peserta dari seluruh negeri dengan ragam latar belakang.

Diantaranya, Direktur ILO Jakarta dan Timor Leste, Michiko Miyamoto Plt. Dirjen Binwasnaker & K3, Iswandi Hari; Direktur Pengawasan Normal Kerja Perempuan dan Anak (PNKPA) Kemnaker, Asep Gunawan; Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Pungky Sumadi, dan Ketua Bidang Ketenagakerjaan GAPKI Sumarjono Saragih.

Menurut data ILO, terdapat 152 juta pekerja anak di seluruh dunia. Pandemi Covid-19 membuat risiko peningkatan pekerja anak makin besar akibat PHK dan kemiskinan baru dari orang tua. Indonesia juga punya tugas besar menuntaskan pekerja anak. Data Kemnaker menyebutkan pekerja anak  mayoritas terjadi di sektor informal.

Beberapa waktu lalu, perusahaan sawit Indonesia pernah dituduh mempekerjakan anak. Bersyukur tuduhan itu terbantahkan. “Kita bersyukur, isu pekerja anak di sawit mereda. Risiko terbesar justru di kota (Urban) akibat banyaknya risiko pengangguran dan kemiskinan baru. Hal tersebut "memaksa" anak - anak pergi bekerja. Atau juga "dipaksa" oleh orang tua dengan alasan ekonomi,” ujar Ketua Bidang Ketenagakerjaan GAPKI Sumarjono Saragih.

Diketahui, aktivitas kebun sawit relatif berat dan tidak mungkin dilakukan anak-anak. Selain itu, juga dilarang hukum negara dan ada ancaman pidana bagi yang melakukan. “Sebuah tindakan keliru bahkan bunuh diri bila ada perusahaan sengaja melakukannya,” tegasnya.

Industri sawit Indonesia lega tuduhan tak terbukti. Sehingga wajah dan persepsi sawit di mata publik dan NGO makin membaik. Namun sawit Indonesia bukan hanya GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Ada rantai pasoknya. Bahkan 42% sawit Indonesia dimiliki petani. “Oleh karena itu kita mengajak NGO kerja bersama, menata rantai pasok. Pemahaman tentang pekerja anak dan kearifan lokal di rantai pasok (petani) bisa tidak senada dengan pemahaman NGO. Mungkin juga tak cukup diakomodasi dalam aturan hukum negara. Jadi perlu upaya bersama sehingga tidak ada lagi tuduhan keliru,” jelasnya.

Anak adalah masa depan negara bangsa. Juga masa depan sawit Indonesia, anugerah dan titipan Tuhan. Ada banyak praktik baik dan fasilitas yang dibangun di perkebunan sawit untuk kepentingan anak. Ada tempat penitipan anak, tempat bermain bahkan pendidikan dan pelayanan kesehatan. Terbukti di tengah pandemi covid-19 sawit menjadi solusi. Bukan hanya solusi pangan, energi dan ekonomi. Sejauh ini tidak ada PHK (orang tua anak), sehingga tidak ada pengangguran dan kemiskinan baru yang jadi salah satu penyebab adanya pekerja anak.

Share

Ads