loader

Masih Tunggu SK Penetapan Harga, Pupuk Subsidi di OKU Timur Segera Didistribusikan

Foto

OKUT, GLOBALPLANET - Untuk mrngajukan kebutuhan pupuk subsidi setiap kecamatan harus menggunakan Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Sebelumnya diusulkan ke provinsi seharusnya IP 200 masa tanam dua kali tapi sekarang ada sebagian petani menggunakan IP 300 maupun tanam tiga kali.

“Sehingga ini juga yang membuat terjadinya kelangkaan pupuk,” katanya.

Jenis pupuk subsidi itu berupa pupuk urea, TSP, Ponska. Sebenarnya petani bisa mensiatsati dengan pupuk non subsidi meskipun harganya lebih tinggi. Kondisi ini tentu sangat memberatkan petani.

Dia menambahkan sebagian stok pupuk 2021 sudah ada di gudang pupuk, tapi masih menungu SK penetapan harga dari Kepala Dinas Pertanian provinsi pupuk subsidi untuk 2021 segera didistribusikan. Ada kenaikan harga pupuk bersubsidi tahun ini jika dibandingkan tahun sebelumnya.

"Tidak ada indikasi permainan pupuk sudah kami cek di lapangan dan gudang," ungkapnya.

Untuk diketahui bahwa kesulitan mendapatkan pupuk bersibsidi sudah menjadi masalah klasik yang dialami petani, hal itu juga dialami petani di OKU Timur. Pupuk bersubsidi tersebut seperti Urea dan SP36.

Sedangkan saat memasuki masa tanam seperti saat ini, ketersediaan pupuk sangat dibutuhkan petani. Untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tanaman padi.

Agus (23) salah seorang petani di Desa Srikaton, Kecamatan Buay Madang Timur, OKU Timur, pada Rabu (06/01/2020) mengatakan, petani sekarang sangat kesulitan mendapatkan jenis pupuk yang dibutuhkan pada saat masa tanam saat ini, diantaranya pupuk urea dan pupuk SP36, dan NPK Phonska.

"Susah nyari pupuk, sedangkan kita sangat butuh-butuhnya untuk saat ini,"imbuhnya.

Kelangkaan pupuk bersubsidi sekarang mengakibatkan harga pupuk bersubsidi melambung tinggi. Sehingga menyebabkan dirinya terpaksa membeli pupuk bersubsidi yang harganya nyaris sama dengan harga pupuk non subsidi.

"Terpaksa tetap dibeli meskipun mahal. Untuk pupuk (subsidi) urea harganya Rp 150 ribu per karung, Pupuk (subsidi) SP-36 Rp 195 ribu per karung , dan pupuk (subsidi) phonska Rp 185 ribu per karung,"tambahnya.

Dia menambahkannya, keterpaksaan membeli pupuk bersubsidi dengan harga yang tinggi karena kondisi tanaman padi pada masa awal tanam harus membutuhkan asupan nutrisi tinggi, agar tanaman padi dapat tumbuh subur.

"Jika di awal tanam, padi ini tidak dipupuk, padi tidak akan tumbuh subur, dan anakannya akan sedikit,"ujarnya.

Kondisi yang sama juga dirasakan oleh Sumadi petani lain warga Desa Sumberasri, Kecamatan Buay Madang Timur, OKU Timur, mengaku mulai kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi sejak dua bulan yang lalu. Meskipun masih dapat ditemukan, harga pupuk bersubsidi sudah melambung tinggi. Sehingga, dengan terpaksa tetap harus membeli pupuk bersubsidi dengan harga cukup mahal.

"Sudah beberapa bulan ini sulit mendapatkan pupuk bersubsidi. Kemarin beli pupuk yang subsidi harganya cukup mahal urea Rp 150 ribu per karung, SP-36 Rp 190 ribu per karung, dan NPK Phonska Rp 185 ribu per karung,"terangnya.

Pertumbuhan tanaman padi pada masa awal tanam pertumbuhannya tidak akan bagus, jika tidak segera mendapatkan pupuk. Mulai dari jumlah anakan menyusut, yang mendapatkan cukup pupuk jumlah anakan mencapai sekitar 12 batang anakan, dan apabila tidak mendapatkan pupuk hanya berkisar tujuh batang anakan,ungkapnya.

"Jika tidak dipupuk hasil panen padi menyusut, kondisi ini tentu merugikan petani,"tegasnya.

Share

Ads