PALEMBANG, GLOBALPLANET - Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya berharap program pengembangan Santripreneur berbasis Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) bidang kelapa sawit diharapkan meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak dari hulu hingga hilir. Dengan potensi lahan yang dimiliki oleh lingkungan pondok pesantren yang berbasis sawit, diharapkan dapat terjadi konsolidasi data lahan sawit di Provinsi Sumatera Selatan.
"Saya harapkan Program Pengembangan Santripreneur Berbasis UKMK Sawit dapat mendukung keberlanjutan usaha, meningkatkan kesejahteraan pesantren dan masyarakat sekitar serta mendukung pengelolaan kelapa sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," ujarnya usai menghadiri Workshop Santripreneur Pemberdayaan Pondok Pesantren di Perkebunan Sawit Melalui Kegiatan Pembibitan Kelapa Sawit di Palembang, Jumat (12/5).
Menurut Mawardi program ini para santri serta masyarakat di sekitar pondok pesantren dapat membentuk UKMK berbasis sawit dan mengembangkan produk turunan kelapa sawit, sesuai potensi dan peluang yang ada di daerah sekitarnya. Dan dapat menjadi salah satu solusi terhadap hilirisasi tanaman Kelapa Sawit serta menghasilkan produk dengan daya saing dan dapat diterima pasar.
Sementara itu Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumsel Slamet Somosentono mengatakan adanya program ini ditargetkan dapat menggerakkan potensj perekonomjan di lingkungan pesantren serta dapat melahirkan santripreneur yang berkarakter kuat mandiri dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Menurut Slamet program pengembangan potensi santripreneur berbasis UKMK sawit merupakan upaya kolaborasi untuk pemberdayaan pesantren dan industri kelapa sawit di Indonesia.
Pesantren menurutnya sangat berpotensi bagi pengembangan kolaborasi dan kerjasama pengembangan usaha termasuk bagi komunitas sawit. Program ini juga diyakininya berperan menggerakkan ekonomi daerah terutama dalam masa pemulihan ekonomi pada saat ini. "Agar program ini dapat berhasil perlu dikembangkan kolaborasi melibatkan tiga entitas baik itu pemerintah, entitas dunia usaha dan entitas pesantren itu sendiri," jelasnya.
Adapun workshop itu diikuti 100 peserta dari 50 ponpes di Sumsel. Kegiatan ini digelar 3 hari mulai 12 hingga 14 Mei 2023.