KEBERHASILAN - demokrasi suatu negara diukur dengan seberapa besar partisipasi politik, yang salah satunya dari generasi milenial. Partisipasi itu akan tampak ketika warga ikut terlibat secara aktif dalam kehidupan berpolitik. Turut berpartisipasi ketika pemilihan presiden, kepala negara atau saat memiliki wakil rakyat yang akan menduduki kursi parlemen baik pusat maupun di daerah.
Menurut para ahli ilmu politik, seperti mendiang Miriam Budiardjo dalam bukunya "Partisipasi dan Partai Politik," tinggi atau rendahnya partisipasi politik di masyarakat menjadi indikator penting bagaimana perkembangan berdemokrasi di negara tersebut. Semakin meningkat partisipasi politik masyarakatnya, maka dapat dilihat bahwa masyarakat mengikuti perkembangan politik di negara mereka. Sebaliknya semakin kecil angka partisipasi politik di masyarakat di suatu negara menjadi pertanda kurang baiknya demokrasi di negara tersebut.
Menurut data yang dihitung, terdapat komunitas yang ada di masyarakat yang akan ikut mempengaruhi tinggi-rendahnya tingkat partisipasi politik. Contohnya adalah anak-anak muda. Mereka adalah komunitas masyarakat yang menurut Pasal 1 Undang-Undang nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan didefinisikan sebagai warga negara Indonesia dalam rentang usia 16 hingga 30 tahun.
Dalam perkembangannya, orang yang kemudian disebut sebagai Generasi Z dan Generasi Milenial. Badan Pusat Statistik mendefinisikan Generasi Z sebagai penduduk Indonesia yang lahir dalam rentang tahun 1997-2012 dan Generasi Milenial adalah orang yang lahir antara 1981 hingga 1996.
Menurut Hasanuddin Ali dari Alvara Research, tipikal Generasi Z menuntut kehadiran internet nyaris di sepanjang kehidupanya. Keterkaitan mereka terhadap internet bahkan menyentuh angka 93,9 persen atau biasa dijelaskan sebagai mobile generation. Angkatan ini kehidupannya lebih banyak diwarnai dengan keceriaan (cheerful).
Pemanfaatan platform media sosial untuk kepentingan politik telah dirasakan manfaatnya oleh Hillary Brigitta Lasut. Anggota DPR RI termuda ini memakai berbagai platform media sosial sebagai wadah berkampanye dalam Pemilihan Legislatif 2019. Selain lebih murah, kehadiran media sosial, menurut wakil rakyat daerah pemilihan Sulawesi Utara itu, mampu menjangkau jauh lebih banyak pemilih muda. Ia sendiri saat itu mampu meraup 70.345 suara untuk mengantarkannya ke Senayan. “Saya merasakan benar pengaruh media sosial ketika berkampanye."
Sampai sekarang pemilu masih dianggap sebagai suatu peristiwa setiap negara yang penting. Hal ini karena berdemokrasi melibatkan seluruh rakyat secara langsung. Melalui pemilu, rakyat juga bisa menyampaikan keinginan dalam politik atau sistem kenegaraan. Untuk memenangkan pemilu, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah memiliki perolehan suara terbanyak dari pemilih berdasarkan prosedur pemilu yang ditetapkan. Suara penentu kemenangan tersebut terdiri dari beberapa lapisan masyarakat dengan generasi yang berbeda-beda.
Generasi Z menjadi salah satu kelompok pemilih Pemilu 2024 tersebut, yakni generasi Z atau i-generation. Generasi Z atau kerap yang sering disebut sebagai gen Z merupakan aset pemilu dengan populasi penduduk yang besar serta suara penentu kemenangan dengan komposisi suara tertinggi dalam Pemilu 2024. Jika dikaitkan dengan pelaksanaan Pemilu 2024, tentunya peranan dari generasi Z tidak bisa dipandang sebelah mata.
Bahkan boleh dikatakan bahwa generasi Z akan sangat berpengaruh terhadap kemenangan suara para kontestan Pemilu 2024 nanti. Salah satu alasannya ialah karena jumlah dari generasi Z sangat banyak, bisa sampai 40 persen dari jumlah penduduk negara Indonesia.
Dalam hal partisipasi politik, generasi Z sangat substansial karena dalam presentase jumlah pemilih generasi milenial banyak menyumbangkan suara di Pemilu 2024 nantinya. Generasi Z memiliki pengaruh tersendiri dalam pemilu selain karena jumlahnya yang cukup banyak, generasi Z juga hidup pada era informasi di mana segala sesuatunya menggunakan internet atau media online.
Gen Z sendiri satu kelompok terpisah dari generasi milenial atau generasi Y, di mana generasi Z lahir dalam rentang tahun 1996 – 2009. Kelompok ini termasuk generasi yang sangat muda dan sangat peka terhadap informasi yang tersebar di media massa dan internetTetapi di lain sisi mereka juga memliki kebiasaan kurang baik, seperti lebih senang dengan budaya langsung dan kurang interaksi terhadap kepercayaan pribadi.
Dengan jumlah yang relatif besar tersebut para tokoh politik berupaya maksimal untuk membangun opini publik yang bersifat humanis dan ajakan di tengah-tengah generasi Z. Media sosial sangat membuka ruang untuk mengakses beragam isu secara luas dan cepat.
Penulis: Muhammad Berlaf
Mahasiswa Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Raden Fatah Palembang