PALEMBANG, GLOBALPLANET - Juliyus Wijaya (40) warga Kelurahan Lorok Pakjo mengatakan, pembayaran yang biasanya Rp90 ribu, namun pada tagihan bulan Juli hampir 2 kali lipat. "Padahal pemakaian seperti biasa normal-normal saja, tapi kemarin tagihan air yang saya harus bayar Rp170 ribu," ungkapnya Jumat, (3/7/2020).
Sama halnya dengan Yusnidar yang pada tagihan bulan April, Mei hingga Juni tetap berjalan. Dan ia membayar rata-rata Rp54 ribu hingga Rp60 ribu. "Saya kaget pemakaian seperti biasa tapi tagihan Juli ini naik jadi Rp84 ribu," ujarnya.
Terpisah, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi Palembang membantah ada kenaikan tarif yang banyak dikeluhkan para pelanggan karena merasa tagihan pada Juli 2020 melonjak tajam.
Direktur Utama PDAM Tirta Musi Palembang, Andi Wijaya, mengatakan pada periode April - Mei pihaknya memang tidak membaca meteran karena pencegahan Covid-19 dan meteran air baru dibaca kembali pada Juli.
"Kami baca lagi meteran dan menerbitkan rekening berdasarkan pemakaian Bulan April, jadi Mei - Juni kami samakan dengan April, ternyata masyarakat mengalami peningkatan pemakaian pada Mei - Juni dan menumpuknya di bulan Juli," ujar Andi ketika dikonfirmasi via WhatsApp.
Peningkatan pemakaian itu disebabkan faktor bekerja, belajar dan ibadah dari rumah (WFH). Dia menegaskan bahwa tarif yang dikenakan kepada pelanggan sudah sesuai jumlah penghitungan meteran secara digital.
Andi menjelaskan persoalan tarif tersebut hanya untuk golongan di luar penerima kebijakan stimulus pembebasan tagihan air bersih pada periode Mei - Juni, sedangkan 17.054 pelanggan kelompok 1A, 1B, 1C, dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tetap gratis selama Mei - Juni.
Ia meminta pelanggan yang merasa tagihannya melonjak agar mendatangi kantor unit PDAM terdekat untuk mengetahui detail permasalahan per kasus. Meski ia menduga adanya faktor kebocoran namun menurutnya lebih besar disebabkan faktor WFH.
"Kami mencatat memang ada pemakaian yang meningkat selama WFH, jadi tidak ada istilah kami asal taksir saja karena meterannya digital dan tidak bisa diakal-akali," tutupnya.