DI KOTA - Yogyakarta lebih tepatnya di Desa Kemusuk, Argomulyo, lahirlah sosok anak laki-laki pada tanggal 8 Juni 1921. Sosok laki-laki itu di beri nama Soeharto. Ia bisa dikatakan lahir dari keluarga yang kurang mampu, sosok tersebut lahir dari sang ayah yang Bernama Kertosudiro dan ibunya Bernama Sukirah.
Pada saat belum berusia 40 hari, Soeharto kecil dititipkan kepada Mbah Kromo, yang memiliki nama asli Kromodiryo, seorang dukun bayi yang membantu proses kelahiran Soeharto. Ia tinggal bersama Mbah Kromo terbilang cukup lama sekitar 4 tahun. Setelah kurang lebih 4 tahun Soeharto akhirnya dijemput oleh sang ibu untuk pulang ke rumah ayah tirinya karena ibu dan ayah kandungnya pada saat itu sudah berpisah.
Ketika awal masuk sekolah dasar, Soeharto sempat beberapa kali pindah sekolah, karena itulah membuat ayah kandungnya khawatir dengan masa depan anaknya. Sehingga ia dititipkan kepada bibi dan pamannya di Wuryantoro, Purwodadi, Jawa Tengah. Pada saat memasuki sekolah menengah pertama (SMP), Soeharto memutuskan pulang ke kampung halamannya di Kemusuk dan melanjutkan Pendidikan di sana. Berangkat dan pulang sekolah, Soeharto menggunakan sepeda yang hampir rusak. Setelah tamat SMP, Soeharto tidak bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah menegah atas (SMA) karena keterbatasan biaya.
Soeharto sempat mendapatkan dua surat panggilan kerja pada tahun 1939. Surat pertama merupakan surat panggilan dari bank dan surat kedua dari lembaga ketentaraan. Pada akhirnya ia memilih berkarier di dunia militer. Ia diangkat menjadi anggota TNI pada tanggal 5 oktober 1945. Saat menjadi anggota TNI, Soeharto diberikan tugas memimpin pasukan melawan militer Belanda yang ingin Kembali menjajah Indonesia, hingga membuatnya semakin dikenal karena berperan penting untuk menguasai Kota Yogyakarta.
Pada saat berusia 26 tahun, Soeharto akhirnya menikahi sosok perempuan yang sudah lama disukai sejak kecil. Karena keberaniannya dulu waktu kecil, Soeharto sampai dipuji oleh sosok perempuan tersebut karena sangat berani masuk ke dalam pekarangan rumah kewedanan untuk menggoda sosok perempuan tersebut. Tidak hanya menggoda, Soeharto juga selalu memetik bunga yang ada di sana sehingga ketika ada bunga yang rusak sosok perempuan itu akan berkata jika Soeharto pelakunya.
Sosok perempuan tersebut ialah Siti Hartinah dan pernikahaan mereka terlaksana pada tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Pernikahan yang terjadi antara Soeharto dan Siti Hartinah memberikan enam orang anak yang terdiri dari tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Pada tanggal 28 April 1996 istrinya meninggal karena menderita penyakit jantung dan disemayamkan di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah.
Ia mendapatkan kenaikan pangkat setelah selesai menjalankan tugas di Irian Barat. Pangkat yang diproleh adalah Mayor Jendral oleh Jendral A.H. Nasution, sehingga Soeharto ditarik ke Markas Besar ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ). Tidak hanya itu, ia juga mendapat kenaikan jabatan menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan darat (Kostrad). Pada saat itu ABRI khususnya Angkatan Darat pada tahun 1965 mengalami perpecahan (konflik internal). Konflik ini terjadi karena adanya paham Naskom (Nasionalis, agama, komunis) yang digagas oleh Soekarno sehingga membuat TNI AD terpecah menjadi dua kubu.
Pada tanggal 1 oktober 1965, terjadi penculikan dan pembunuhan enam jendral. Kelompok yang melakukan tindakan tersebut mengaku sebagai kelompok G30S (Gerakan 30 September), karena kejadian tersebut dimunculkannya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno kepada Soeharto. Tugasnya mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran - ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.
Sejak dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) oleh Soekarno, jabatan Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dipegang oleh Soeharto. Pada tanggal 27 Maret 1968, ia dilantik oleh MPRS untuk menjadi Presiden Republik Indonesia. Dengan pelantikan ini maka menjadi tanda lahirnya masa pemerintahan Orde Baru.
Soeharto menjadi tokoh penting dalam perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia dan telah berhasil membawa Indonesia pada wajah baru yang lebih modern. Di bawah kendali tangan besinya, Indonesia menjadi negara yang disegani oleh negara-negara tetangga. Kesuksesannya dalam memimpin negara ini, membuat dirinya mendapat julukan “Bapak pembangunan”. Selain tegas dan otoriter, ia juga seorang pemimpin yang murah senyum, sehingga ia pun dijuluki” The Smiling General” Jenderal yang senang tersenyum.
Faktanya, Soeharto mulai menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia pada tahun 1966, tetapi baru dilantik MPRS pada tahun 1968. Yang artinya Soeharto baru sah menjadi Presiden Republik Indonesia pada tahun 1968. Pada awal menjadi Presiden Republik Indonesia ke-2, Soeharto belum mempunyai wakil sejak tahun 1973 hingga 1998. Selama menjadi Presiden Republik Indonesia, Soeharto memiliki sebanyak 6 wakil presiden di antaranya sebagai berikut:
1. Wakil Presiden pertama Soeharto
Wakil Presiden pertama pada kepemimpinan Soeharto adalah Sultan Hamengkubuwono IX. Di masa pemerintahan ini, Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan I. Masa kerja pada Kabinet Pembangunan I adalah tanggal 6 Juni 1968 sampai 28 Maret 1973. Pada priode ke-2 wakil dari Presiden Soeharto tetaplah Sri Sultan Hamengkubuwono. Pada kepemimpinan ini, Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan II dan masa kerja Kabinet tersebut ialah 28 Maret 1973 – 29 Maret 1978.
2. Wakil Presiden kedua Soeharto
Wakil Presiden Soeharto yang kedua adalah H. Adam Malik. Pada masa pemerintahan ini, Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan III dengan masa kerja mulai dari 19 Maret 1978 sampai 19 Maret 1983.
3. Wakil Presiden ketiga Soeharto
Wakil Presiden Soeharto yang ketiga adalah Umar Wirahadikusumah. Pada Kabinet Pembangunan IV, Soeharto memilih Wakil Presiden bukan dari mantan Menteri, Kabinet Pembangunan IV ini mempunyai masa kerja yang dimulai dari 19 Maret 1983 hingga 22 Maret 1988.
4. Wakil Presiden keempat Soeharto
Wakil Presiden Soeharto yang keempat adalah Sudharmono. Soeharto dan Sudharmono membentuk Kabinet Pembangunan V. Kabinet ini memiliki masa kerja mulai dari tanggal 23 Maret 1988 sampai tanggal 17 Maret 1993.
5. Wakil Presiden kelima Soeharto
Wakil Presiden Soeharto yang ke lima adalah Try Sutrisno. Pada masa pemerintahan ini, nama kabinet yang digunakan ialah “Kabinet Pembangunan VI”. Kabinet ini mempunyai masa kerja dari 17 Maret 1993 hingga 14 Maret 1998.
6. Wakil Presiden keenam Soeharto
Wakil Presiden Soeharto yang ke enam adalah B.J Habibie. Pada Kabinet Pembangunan VII masa kerjanya hanya dalam hitungan bulan, yaitu 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998, dikarenakan Soeharto mengundurkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia dan digantikan oleh B.J. Habibie.
Sering dituding sebagai diktator selama kurang lebih 32 tahun berkuasa, membuat Soeharto dianggap sebagai pemimpin paling kontroversi dalam sejarah Republik Indonesia. Bagi pengikutnya, Soeharto adalah pahlawan karena membawa Indonesia keluar dari keterpurukan ekonomi dan politik di masa Orde Lama. Sebaliknya bagi musuh-musuh politiknya, Soeharto dianggap paling bertanggung jawab menumbuhkan gurita korupsi dan dekadensi di negeri ini.
Tentu saja, jasa dan perjuangannya jauh lebih besar. Bahkan ia juga memberikan dukungan penuh terhadap kaum muslimin di berbagai negara di dunia. Contohnya, pengiriman persenjataan kepada Mujahidin Afghanistan (Tahun 1981), Pengiriman Persenjataan pada Mujahidin Bosnia (Tahun 1992), dan masih banyak lagi.
Sebuah perjuangan yang sangat besar dari Soeharto, penderitaan tidak membuatnya lemah bahkan menjadikan dirinya semakin kuat untuk bangkit dari keterpurukan itu. Seseorang yang sangat sederhana dan baik untuk kita teladani, tegas dalam memimpin, tegas dalam mengambil keputusan itulah dia Pak Harto. Kesempurnaan bukan milik manusia tetapi mendekati kesempurnaan itulah jati diri manusia. Semoga kisah ini bisa bermanfaat untuk di baca dan ambil hikmah yang baik.
Sumber penulis : Radis Bastian, soeharto.co, asiantribune.com, ahmad, Gramedia.com
Penulis : Jasika
Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Reden Fatah Palembang
Disclaimer: Artikel menjadi tanggung jawab penulis