loader

Trend Pamer Kekayaan, Fenomena dan Dampak Negatif

Foto

SALAH SATU - Salah satu berita yang cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia khususnya warganet beberapa bulan terakhir ini adalah banyaknya pejabat yang suka memperlihatkan dengan sengaja barang-barang mewah yang dimilikinya melalui sosial media. Pamer harta kekayaan merupakan kebiasaan umum dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. 

Pamer kekayaan dapat didefenisikan sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk menunjukkan kekayaan seseorang secara berlebihan dan seringkali dibarengi dengan tindakan memamerkan barang-barang mewah termasuk mobil, rumah, perhiasan, pakaian dari desainer terkenal, bepergian ke tempat-tempat eksotik, dan banyak lagi ‘pertunjukan’ lain yang kadang di luar nalar. Hal ini dapat dilihat pada orang-orang dari berbagai latar belakang, termasuk selebriti, pembisnis, dan bahkan orang biasa.

Memamerkan sesuatu yang kita miliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan lebih dari orang lain adalah salah satu bentuk riya. Dalam Islam, pamer tentu dilarang walaupun manusia terkadang khilaf dan suka melakukannya.

Pamer kekayaan cenderung dilakukan oleh orang yang memiliki sifat sombong dan senang menjatuhkan orang lain. Sementara orang yang bangga cenderung lebih rendah hati. Kebiasaan pamer kekayaan telah menjadi salah satu fenomena yang mulai dianggap biasa terjadi belakangan ini. Hal ini dipicu oleh kemajuan teknologi dan media sosial, di mana orang-orang dapat dengan mudah memfosting foto dan video tentang kekayaan mereka.

Tidak hanya terjadi Negara-negara maju, tetapi fenomena ini juga terjadi di Negara-negara berkembang di seluruh dunia. Salah satu istilah dalam bahasa Inggris yang kerap dipakai untuk mengganti kata pamer adalah flexing. Meskipun pamer kekayaan mungkin tampak seperti perilaku yang tidak berbahaya, fenomena ini dapat memiliki dampak negatif pada individu dan masyarakat.  


Berikut  adalah beberapa dampak negative yang mungkin saja muncul sebagai akibat dari pamer kekayaan:

1. Membuat tekanan sosial
Pamer kekayaan dapat menciptakan tekanan sosial pada orang-orang yang merasa tidak mampu untuk menampilkan kekayaan mereka. Hal ini dapat mengarah pada perasaan inferioritas (rendah diri). Perasaan ini timbul akibat lemahnya kondisi psikologis dan social yang dirasakan secara pribadi atau perasaan yang timbul karena kelemahan yang dimiliki atau cacat tubuh yang ada.

2. Menghasilkan citra yang salah tentang kebahagiaan 
Seringkali, pamer kekayaan membuat orang percaya bahwa kebahagiaan hanya dapat ditemukan melalui kemewahan dan kekayaan materi . Hal ini dapat menghasilkan pandangan yang salah tentang kebahagiaan dan mendoorong orang untuk mencari kebahagiaan dalam hal-hal yang tidak benar-benar penting. 

Los Angeles Times menulis bahwa orang kaya memiliki peluang lebih tinggi untuk tidak merasa bahagia. Hal ini mengacu pada riset rumah tangga di AS yang mengatakan jika orang dengan asset lebih dari 10 juta dollar AS, senilai 148 miliar, terbukti tidak bahagia. Mereka bahkan mengeluh jika hartanya menciptakan lebih banyak masalah daripada kebahagiaan. Artinya kebahagiaan lebih bersifat emosional dan fsikologis daripada finansial belaka. Walaupun menurut penelitian bahwa uang bisa membeli kebahagian  tetapi uang atau harta bukanlah factor utama untuk sebuah kebahagiaan.

3. Memicu tindakan kriminal 

Pamer kekayaan dapat memicu tindakan kriminal seperti perampokan dan pencurian. Orang- orang yang  terobsesi dengan kekayaan dan kemewahan dapat menjadi sasaran pencuri dan penjahat yang mencari keuntungan. Kasus perampokan yang berujung penyekapan dan berakibat kematian di sebbuah rumah mewah setelah salah satu korban mengunggah keadaan di dalam rumahny, bisa menjadi salah satu bukti nyata. Sebagai contoh seorang selebgram berasal dari Hong-Kong yang kerap pamer kekayaan di media sosial, jadi korban perampokan pada akhir November 2020. 

4. Mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih penting.
Fenomena pamer kekayaan dapat mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih penting seperti kesenjangan ekonomi kemiskinan, dan isu sosial lainnya. Orang-orang dapat terlalu fokus pada hal-hal yang tidak penting dan mengabaikan masalah yang lebih serius di masyarakat. Dampak yang sangat besar dilihat dari kacamata Islam bahawa dengan memamerkan kekayaan seseorang berperilaku sombong. Sikap sombong sangat dibenci Allah SWT. 

Kesombongan akan menyebabkan kehancuran pada diri sendiri karena tidak mempunyai control pribadi dan sosial. Jika kontrol tersebut tidak ada, maka akan berakibat menimbulkan sikap pemboorosan yang dilarang oleh Islam. Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam ) Mahfud MD merespons ramainya kasus pamer kekayaan khususnya yang dilakukan oleh pejabat dan keluarganya di media sosial. 

Menurutnya, tindakan tersebut sangat tidak etis. “ Itu tidak etis juga pamer di sosmed tuh supaya dihentikan,” kata Mahfud di Istana Kepresidenan. Beliau mendukung aksi untuk mengungkap deretan pejabat dengan harta fantastis. Menurut beliau aksi itu sangat bagus. 

Menurut saya memiliki barang mewah atau memiliki kehidupan yang sukses seringkali membuat lupa diri. Dan sah-sah saja jika memfosting pencapaian yang didapat. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah niat untuk menunjukkan itu untuk apa. Jangan sampai memposting adalah untuk pamer. Sebaiknya tunjukan proses yang dilalui untuk mencapai kesuksesan. Gunakan kalimat yang bijak agar tidak terkesan pamer, tapi justru akan merasa termotivasi. 

Edukasi tentang sikap suka pamer menjadi penting untuk orang-orang tertentu khususnya pejabat yang pada dasarnya mereka adalah pelayan rakyat dan tidak pantas untuk memamerkan kekayaannya apalagi kekayaan tersebut didapatkan dengan cara yang tidak benar, seperti memanfaatkan kedudukannya untuk mengambil keuntungan.

Agar tidak ada lagi manusia –manusia khususnya para pejabat yang berperilaku pamer kekayaan di media sosial, seharusnya ada  sanksi terhadap oknum pejabat tersebut. Dan dari sudut pandang agama menurut saya pendidikan akan sikap rendah hati, tidak sombong menjadi sangat penting ditanamkan sejak kanakkanak bahkan sejak usia dini agar karakter rendah hati dan tidak sombong  melekat pada individu tersebut sejak kecil hingga dewasa.

 


Penulis: Muhammad Rafli
Mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

 

Dislcaimer: Artikel dan isi tanggung jawab penulis

Share

Ads