BANYUASIN, GLOBALPLANET - “Kabupaten ini wilayahnya terpisah-pisah dari satu kecamatan dengan yang lain jaraknya berjauhan. Ketika Banyuasin masih zona orange ke kuning, orang menganggap seluruh Banyuasin itu zonanya orange kuning. Padahal tidak demikian. Hanya beberapa titik saja dan semuanya sudah hijau, bahkan putih,” ujarnya.
Wilayah di Banyuasin, lanjut Askolani, berjauhan antar kecamatan. Ia mengambil contoh Pangkalan Balai dan Karang Agung Ilir, bisa ditempuh denga waktu perjalanan hingga tiga jam. Malah Karang Agung Ilir, Tungkai Ilir dan Pulau Rimau sudah masuk zona putih, bukan hijau lagi. Berbeda dengan Palembang dan kabupaten kota lainnya.
“Daerah lain itu satu hamparan. Begitu berstatus zona orange atau kuning, maka daerah tersebut sulit untuk menghindar. Banyuasin punya geografis luas, lebar, dan inilah alasan diambil kebijakan belajar tatap muka,” jelas Askolani.
Kebijakan belajar tatap muka di sekolah yang berlaku sejak 24 Agustus silam untuk siswa tingkat SD, SMP, dan SMA sederajat, menurutnya, diambil berdasarkan pertimbangan matang.
“Kebijakan ini kita ambil bukan sembarangan dan sudah dipikirkan cukup matang. Kita lakukan penelitian kepada anak-anak. Mereka kangen sekolah, guru, dan teman-temannya. Kita tanyakan guru juga. Mereka hampir semua ingin belajar mengajar tatap muka, walau ada sedikit persentasenya yang tidak setuju. Kita tanyakan wali murid juga hampir semua mayoritas setuju,” ujar Askolani.
Ia mengaku sudah berkeliling Banyuasin baik secara langsung ataupun lewat sosial media dan telepon, untuk menanyakan tanggapan masyarakat terkat hal ini. Warga umumnya meminta agar anaknya masuk sekolah lagi.
“Ini menjadi pertimbangan kami dengan meminta pendapat juga dari Dandim, Kapolres, dan PGRI. Tidak ada masalah (belajar tatap muka di sekolah-red). Terpenting disiplin menjalankan protokol kesehatan. Dan penerapannya mengikuti aturan dari Kementerian Kesehatan,” ucapnya.
Disinggung soal pernyataan Gubernur Sumsel tersebut, Askolani mengatakan, itu hanya bentuk kekhawatiran seorang pemimpin. Pastinya apabila muncul persoalan dari belajar tatap muka ini, maka akan diterapkan kembali belajar secara daring.
“Itu wajar kalau mereka (Gubernur Sumsel) punya rasa kekhawatiran. Sebagai Bupati, kami bertanggung jawab atas ini. Kita juga lakukan evaluasi,” pungkas dia.