JAKARTA, GLOBALPLANET - Direktur Eksekutif PASPI Tungkot Sipayung, mengatakan, rencana boikot sawit Indonesia oleh Swiss sebetulnya dilatarbelakangi persaingan bisnis, di mana minyak nabati Swiss yakni rapeseed atau canola dan sunflower kalah bersaing dengan minyak sawit asal Indonesia.
Minyak sawit asal Indonesia yang sangat kompetetif di pasar Swiss, mendorong food industry, industri deterjen dan personal care di Swiss lebih banyak menggunakan minyak sawit.
Bahkan food industry yang menggunakan minyak sawit lebih kompetetif dari pada food industri yang menggunakan minyak canola atau sunflower. "Hal ini membuat minyak canola dan sunflower produksi Swiss makin terdesak atau tersingkir," ujarnya kepada media, Rabu (13/1/2021).
Sebagaimana pola kerja LSM anti sawit pada umumnya, dicarilah alasan untuk menyingkirkan minyak sawit yakni dengan kampanye negatif (negative campaign) minyak sawit penyebab deforestasi dan musnahnya biodiversity.
"Meskipun kampanye tersebut dilakukan LSM lokal, tampaknya memperoleh dukungan kuat dari Pemerintah Swiss," katanya.
Tungkot melanjutkan, meskipun pasar minyak sawit di Swiss relatif kecil, kampanye boikot minyak sawit Indonesia tersebut jangan dianggap enteng.
"Jangan tunggu kampanye tersebut makin meluas baru kita merespons. Padamkan api semasih kecil agar tidak tumbuh menjadi api besar yang membakar habis sekitarnya," tandasnya.
Pemerintah melalui diplomat Indonesia di Eropa perlu berbuat sesuatu untuk meredam kampanye tersebut. Asosiasi sawit di Indonesia juga perlu melakukan langkah untuk memadamkan tencana boikot tersebut melalui relasi B to B.