JAKARTA, GLOBALPLANET - "Berapa banyak yang sakit parah, berapa yang di ICU, berapa yang perlu diintubasi oksigen, dan sebagainya. Ini seperti bagaimana kita sekarang memantau influenza. Kita tidak dapat memberantasnya, tetapi kita dapat mengubah pandemi menjadi sesuatu yang tidak terlalu mengancam, seperti influenza atau cacar air, dan melanjutkan hidup kita," tulis Menteri Perdagangan Singapura Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung, dalam opininya di Straits Times beberapa waktu lalu.
Kini, catatan kasus COVID-19 Singapura melambung tinggi, terbanyak sejak 11 bulan lalu, yaitu 195 kasus harian Corona per Selasa (20/7/2021) berdasarkan laporan Worldometers. Berikut fakta-faktanya yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Banyak klaster COVID-19
Dikutip dari Channel News Asia, Singapura kembali memperketat pembatasan COVID-19 lantaran munculnya klaster-klaster baru Corona yang berdampak pada populasi yang lebih luas. Situasi di Singapura saat ini masuk kategori fase II (peringatan tinggi).
"Ini sangat memprihatinkan, karena dapat mempengaruhi banyak orang di komunitas kami di seluruh pulau," kata Departemen kesehatan Singapura dalam siaran persnya.
"Gelombang infeksi saat ini mempengaruhi spektrum populasi yang lebih luas termasuk banyak manula," sambung Depkes.
2. 'Lockdown' selama sebulan
Pembatasan ketat akan diterapkan selama sebulan, terhitung dari 22 Juli hingga 18 Agustus mendatang. Di situasi fase II (peringatan tinggi) tidak lagi diperbolehkan dine-in dan aktivitas sosial atau pertemuan hanya dibatasi maksimal dua orang, dari semula 5 orang.
"Langkah-langkah itu akan berlaku mulai Kamis (22 Juli) hingga 18 Agustus dan akan menggantikan langkah-langkah yang diperkenalkan pada hari Senin," kata Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) dalam siaran pers.
Namun pemerintah setempat akan meninjau langkah-langkah pembatasan terkait dengan perkembangan situasi kasus COVID-19. Aturan yang berlaku
3. Kasus COVID-19 banyak dari yang belum divaksinasi
Nyaris separuh populasi Singapura sudah menerima vaksinasi COVID-19 lengkap atau dua dosis. Namun beberapa di antara mereka yang belum menerima vaksin COVID-19 termasuk lansia menjadi kelompok paling rentan saat ini.
"Ini membuat mereka berisiko lebih tinggi terinfeksi, dan berisiko lebih tinggi sakit parah jika terinfeksi," jelas Kementerian Kesehatan Singapura.
Ketua Satgas COVID-19 Gan Kim Yong menilai usia 60 tahun ke atas paling banyak terpapar dari klaster-klaster baru COVID-19 yang tercatat.
"Secara khusus, dari lansia berusia 60 tahun ke atas yang terinfeksi selama tujuh hari terakhir, 12 tidak divaksinasi," jelas dia.
"Ini sangat mengkhawatirkan kami, karena hampir 30 persen dari populasi lansia di atas 70 tahun tetap tidak divaksinasi," kata Gan.
Lantas bagaimana nasib hidup berdampingan dengan COVID-19? Simak faktanya di halaman berikutnya.
4. Nasib wacana hidup berdampingan dengan COVID-19
Ketua Satgas COVID-19 Gan Kim Yong mengaku pembatasan COVID-19 saat ini adalah suatu kemunduran besar bagi Singapura. Terutama bagi banyak orang yang belakangan sudah mulai beradaptasi dengan sejumlah peraturan yang berubah.
"Sektor-sektor ini sangat terpukul, mengingat pembatasan sebelumnya, dan telah bekerja sangat keras untuk beradaptasi dengan peraturan yang berubah. Kami tahu bahwa 18 bulan terakhir telah menantang, dan kami akan memberikan dukungan tambahan untuk bisnis yang efektif, karena kami membuat perubahan
Perihal wacana hidup berdampingan dengan COVID-19, ia menekankan keputusan tersebut tidak akan berubah.
"Namun, ketika kami menguraikan rencana kami untuk hidup dengan COVID, kami juga menekankan bahwa kami perlu meningkatkan tingkat vaksinasi kami secara signifikan. Dan sementara itu, kami masih perlu mengendalikan infeksi, untuk melindungi yang tidak divaksinasi, terutama orang tua," sambungnya.