JAKARTA, GLOBALPLANET - Ia mencatat, kampanye negatif tersebut akan menghambat produksi dan perdagangan minyak sawit, khususnya di Uni Eropa. "Ada kampanye negatif yang semakin masif dan dikeluarkannya berbagai kebijakan dan regulasi yang menghambat produksi dan perdagangan minyak sawit khususnya di Uni Eropa," katanya dilansir globalplanet dari sindonews, Santu (23/10/2021).
Musdhalifah juga menerangkan, terjadi tren positif dari pertumbuhan permintaan minyak sawit dan tren kenaikan minyak sawit secara umum. Namun, negara produsen perlu mengantisipasi kemungkinan siklus harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) melalui peningkatan konsumsi domestik sebagai bagian dari alat manajemen permintaan.
Senada, Datuk Ravi Muthayah selaku Sekretaris Jenderal, Kementerian Industri Perkebunan dan Komoditas, Malaysia, menyambut baik kenaikan harga minyak sawit mentah sejak Juni 2020.
Dia pun meminta CPOPC memberikan narasi yang lebih kuat untuk memerangi kampanye negatif. Dimana, negara-negara penghasil minyak sawit tidak boleh berpuas diri dan lengah dengan kompetitor.
"Menjunjung tinggi keberlanjutan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) sangat penting yang didukung oleh pemikiran atau penelitian yang ofensif untuk membandingkan minyak sawit dengan minyak nabati lainnya," katanya dikutip dari sindonews.
Datuk Ravi Muthayah secara khusus menyatakan, dukungan kuat negaranya untuk adopsi kerangka kerja global dari prinsip untuk minyak sawit berkelanjutan sebagai prinsip panduan bagi negara-negara penghasil minyak sawit yang menjadi anggota CPOPC.
CPOPC baru saja menggelar Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi atau Senior Officials Meeting (SOM) Ke-22. Tujuan utama pertemuan tersebut adakah meninjau dan mengevaluasi capaian kegiatan utama, hingga merumuskan langkah-langkah penting untuk memperkuat kerja sama di antara negara-negara anggota.