JAKARTA, GLOBALPLANET - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengirim paket bantuan untuk tentara Ukraina sebesar US$ 700 juta atau setara Rp 10,1 triliun (kurs Rp 14.500/US$). Paket bantuan itu dikirim untuk membantu tentara Ukraina melawan Rusia.
Dikutip dari CNBC, Kamis (2/6/2022) Paket bantuan militer ini merupakan bantuan ke-11 yang telah dikirim AS ke Ukraina. Dengan bantuan baru, pemerintahan Joe Biden telah mengirim sekitar US$ 4,6 miliar ke Ukraina sejak Rusia menginvasi pada akhir Februari 2022.
Berikut daftar senjata yang dikirim AS untuk Ukraina, menurut Pentagon:
1. Empat Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi, yang dikenal sebagai HIMARS, dan amunisi
2. Lima radar kontra-artileri
3. Dua radar pengawasan udara;
4. 1.000 rudal Javelin dan 50 Command Launch Units
5. Sebanyak 6.000 senjata anti armor;
6. Sebanyak 15.000 peluru artileri berukuran 155 mm;
7. Empat helikopter Mi-17;
8. Ada 15 kendaraan taktis;
9. Suku cadang dan peralatan lainnya.
Presiden AS Joe Biden berjanji, pihaknya akan terus mengirim bantuan tersebut. Meski bantuan itu untuk digunakan Ukraina melawan Rusia, Biden memberikan arahan bagaimana semua persenjataan itu digunakan.
"Saya telah memutuskan bahwa kami akan memberi Ukraina sistem roket dan amunisi yang lebih canggih yang akan memungkinkan mereka untuk lebih tepat menyerang sasaran utama di medan perang di Ukraina," tulis Biden, dalam esai yang dimuat oleh The New York Times.
Biden juga mengatakan AS tidak ingin Ukraina menembakkan senjata itu ke Rusia terus menerus. Ia menegaskan AS mengirim bantuan bukan untuk memperpanjang perang.
"Kami tidak mendorong atau memungkinkan Ukraina untuk menyerang di luar perbatasannya. Kami tidak ingin memperpanjang perang hanya untuk menimbulkan rasa sakit di Rusia," tulisnya.
Pemerintah Rusia mengkritik keras keputusan Amerika Serikat untuk memasok sistem roket canggih dan amunisi ke Ukraina. Rusia pun mengingatkan soal meningkatnya risiko konfrontasi langsung antara kedua negara adidaya tersebut.
Dilansir dari kantor berita Reuters, Kamis (2/6/2022), Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA Novosti bahwa Moskow memandang bantuan militer AS ke Ukraina tersebut "sangat negatif".
Ryabkov, ketika ditanya tentang kemungkinan konfrontasi langsung antara AS dan Rusia, mengatakan: "Setiap pengiriman senjata yang terus berlanjut, yang sedang meningkat, berarti meningkatkan risiko perkembangan semacam itu."
Pejabat tinggi Rusia itu menyalahkan Washington karena meningkatkan permusuhan di Ukraina. "AS tidak melakukan apa pun demi menemukan semacam solusi. Itu persis sama selama bertahun-tahun sebelum dimulainya operasi militer khusus," cetusnya.
Diberitakan bahwa pemerintah Amerika Serikat kembali mengirim paket bantuan senjata untuk militer Ukraina sebesar US$ 700 juta atau setara Rp 10,1 triliun (kurs Rp 14.500/US$). Paket bantuan itu dikirim untuk membantu tentara Ukraina melawan Rusia.
"Kami telah bergerak cepat untuk mengirim ke Ukraina sejumlah besar persenjataan dan amunisi sehingga dapat berperang di medan perang dan berada dalam posisi terkuat di meja perundingan," tulis Presiden AS Joe Biden dalam sebuah opini di New York Times.
Dikutip dari CNBC, Kamis (2/6/2022), paket bantuan militer ini merupakan bantuan ke-11 yang telah dikirim AS ke Ukraina. Dengan bantuan baru ini, pemerintahan Joe Biden telah mengirim sekitar US$ 4,6 miliar ke Ukraina sejak Rusia menginvasi pada akhir Februari 2022.
Pejabat tinggi Rusia itu menyalahkan Washington karena meningkatkan permusuhan di Ukraina. "AS tidak melakukan apa pun demi menemukan semacam solusi. Itu persis sama selama bertahun-tahun sebelum dimulainya operasi militer khusus," cetusnya.