PALEMBANG, GLOBALPLANET - Seorang penjual tanaman hias di Jalan Demang Lebar Daun, Admiran (38) mengatakan tanaman yang memiliki ratusan jenis ini dan berbagai corak warna ini, mulai booming sejak sebelum puasa Ramadhan.
"Tanaman Aglonema mulai banyak yang cari sebelum bulan puasa, sampai ketika masa PSBB di Palembang banyak yang cari. Dalam satu hari, lebih dari 5 Aglonema diangkut pembeli," ungkap Admiran ketika dibincangi, Minggu (30/8/2020).
Padahal menurut dia, tanaman ini juga sempat tren tahun 2006-2007 lalu. Namun kini masyarakat kembali meminati tanaman ini ditambah perawatan Aglonema yang tidak sulit.
"Sejak pandemi orang-orang banyak di rumah, karena jenuh dan bosan jadi melampiaskannya dengan merawat tanaman. Aglonema jadi pilihan karena perawatannya mudah, dia cukup diletakkan di tempat yang teduh dan disiram setiap 2-3 hari sekali," jelasnya.
Admiran sendiri menjual kurang lebih 20 jenis Aglonema dan salah satunya adalah jenis Aglonema impor dari Thailand. Jenis-jenis tersebut diantaranya, Compacta, Jaipong, Kultur, Red Anja, Anjamani, Cut Anjamani, Big Papa, Butterfly, Valentine.
Monsera, Heng-heng, Hot Lady, Ruby Garuda, Red Sumatera, Red Star Dust, Pochin, Sutra Hybrid, Lipstick, Tigroy, dan satu asal Thailand yakni Suxom.
Harganya pun beragam mulai dari Rp50 ribu hingga Rp1,5 juta tergantung jenisnya. Karena permintaan yang meningkat tak ayal, produsen tanaman Aglonema menaikkan harga sehingga hal itu juga ia terapkan.
"Paling banyak dicari itu jenis lokal, seperti Lipstick, Heng-heng, Tigroy karena harga mereka dibawah Rp100 ribu. Ada juga Aglonema yang harganya naik seperti jenis Red Sumatera waktu awal puasa harganya Rp100 ribu saya jual, nah sekarang dari Produsen/pemasok dinaikkan harganya, jadi saya jual Rp350 ribu satu buah," bebernya
Sementara untuk jenis Saxom dari Thailand hanya masyarakat menengah keatas yang cari karena harganya yang mencapai Rp1,5 juta.
Memang untuk saat ini dari segi pemasukkan ia tidak terlalu khawatir hanya saja, yang ditakutkan adalah sifat tren tanaman yang musiman karena tidak selamanya tanaman ini selalu booming.
"Resikonya ini kan tanaman trennya musiman, kalau tiba-tiba trennya turun drastis ya harga ikut turun juga," pungkasnya.