MEDAN, GLOBALPLANET.news - Di Riau, pembangunan dan peresmian Tol Pekanbaru-Dumai (Tol Permai) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada hari Jumat (25/9/2020) lalu, disambut dengan antusias oleh Tolen Ketaren.
Kepada Globalplanet.news, pria yang berprofesi sebagai petani kelapa sawit dan menjadi Ketua Umum DPP Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) ini meyakini Tol Permai akan mampu meningkatkan mobilitas dan proses perawatan kebun kelapa sawit milik para petani.
Sebagai pimpinan para petani sawit di banyak provinsi di Indonesia, Tolen Ketaren menyebutkan keberadaan Tol Permai bisa menghemat pengeluaran atau ongkos produksi petani sawit.
Kata Tolen, pengeluaran yang paling utama dapat dihemat oleh petani sawit adalah biaya pupuk, komponen penting dalam usaha pertanian atau perkebunan sawit.
"Petani sawit itu kan harapannya cuma dua, tandan buah segar mahal dan pupuk murah. Selama ini biaya yang dikeluarkan untuk pupuk cukup memberatkan," kata Tolen.
Kata dia, dari setiap satu batang kelapa sawit membutuhkan lebih kurang 6 kilogram pupuk, yang terdiri dari berbagai macam pupuk, salah satunya pupuk urea.
"Sebelum tol, harga pupuk urea lebih kurang Rp 5.100 per kilogram. Karena sekarang ada tol, kita asumsikan berkurang Rp 100 saja, itu sudah sangat membantu karena pupuk yang dibutuhkan tidak satu jenis," ungkapnya.
Sebagai gambaran, harga eceran tertinggi yang ditetapkan oleh pemerintah untuk 1 kilogram pupuk urea senilai Rp 1.800. Adapun, besaran harga Rp 5.100 per kilogram yang sampai ke tangan petani, jelas Tolen, turut dipengaruhi faktor transportasi.
"Rutenya, pupuk itu masuk ke Dumai, kemudian masuk ke Pekanbaru, itu membutuhkan waktu 4 sampai 5 jam. Dan Itu hanya sampai Pekanbaru yang bukan sentra sawit di Riau," kata Tolen.
Belum lagi, sambung Tolen, bila distribusi pupuk menuju daerah sentra sawit seperti Kampar atau Rokan Hulu yang pasti membutuhkan waktu lagi. Jadi, kata Tolen, ada ongkos jalan yang besar untuk pupuk
Ia mengatakan, ada perjalanan selanjutnya yang memakan waktu berjam-jam menuju daerah sentra sawit. "Kini dengan adanya tol Pekanbaru-Dumai, jarak yang ditempuh tentu semakin berkurang, dan ada ongkos yang berkurang," imbuhnya.
Sebut Tolen, lancarnya mobilitas menuju Kota Dumai sebagai kota pelabuhan bukan hanya berdampak sebatas berkurangnya harga pupuk. Dampak yang lebih luas adalah pengangkutan minyak sawit menjadi lebih cepat.
"Karena, hampir semua pemain utama di industri kelapa sawit di Riau dan Indonesia pada umumnya, menjadikan Dumai sebagai tujuan akhir dari kebun-kebun yang ada di Riau. Beberapa perusahaan, seperti Wilmar dan Musim Mas, bahkan punya pelabuhan sendiri," katanya.
Riau sendiri memikul status sebagai provinsi dengan luas kebun sawit terbesar di Indonesia yang mencapai 2,74 juta hektar pada 2018, dengan produksi kelapa sawitnya sebanyak 8,59 juta ton (versi BPS).
Sementara data dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau menyebut produksi minyak sawit Riau menembus 8 juta ton atau berkontribusi sebesar 24,66 persen terhadap total produksi minyak sawit di Indonesia.
Karena itu, ujar Tolen, jika di masa-masa sebelum ada Tol Permai harga pupuk urea bikin petani di Riau geleng-geleng kepala. "Maka kini ketakutan itu bakal berkurang sejak berfungsinya Tol Permai," tegas Tolen Ketaren.