OKI, GLOBALPLANET - Sekolah Dasar Negeri (SDN) 11 Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) meskipun lokasinya berada di pusat kota, namun suasana terlihat tidak seperti sekolah dasar pada umumnya.
Pasalnya, di sekolah tersebut tak terdengar riuh tawa anak-anak, padahal aktivitas belajar mengajar berjalan normal. Dan sejauh mata memandang, dari bangunan kelas yang luas tersebut hanya diduduki oleh segelintir anak-anak serta terlihat sangat sepi.
Kepala SDN 11 Kayuagung melalui guru kelas, Rismawati saat ditemui wartawan mengatakan, keseluruhan siswa-siswi di sekolahnya hanya 33 orang saja. Jumlah itu sudah termasuk 2 siswa yang baru masuk kelas I pada tahun ajaran 2023 ini.
“Penerimaan peserta didik baru kita tahun ini hanya 2 siswa saja, dan total murid kelas I sampai kelas VI ada 33 siswa,” kata dia, Senin (4/9/2023) kemarin.
Saat memasuki ruangan kelas III berukuran sekitar 6×5 meter, hanya ada bangku yang ditempati siswa yang ditata berjauhan. Dimana diisi oleh 4 orang siswa terdiri dari 1 perempuan dan 3 laki-laki, duduk saling berjauhan dengan jarak lebih dari satu meter. Tak ada canda tawa, mereka lebih banyak diam.
“Bahkan di kelas I hanya terdapat satu meja panjang yang terisi. Jadi seakan kami para guru mengajar seperti layaknya les privat,” ungkap dia sedih.
Bahkan, menurut Rismawati lagi, perasaan sedih sangat dirasakan ketika bersamaan saat kedua orang siswanya berhalangan masuk sekolah.
“Saya sedih pernah mengajar sewaktu mereka berdua tidak masuk sekolah. Jadi di kelas tidak ada siswa sama sekali, tetapi saya tetap berada di dalam kelas sampai jam pelajaran selesai,” tuturnya sembari menunjukkan keadaan kelas yang sepi dan sunyi.
Dijelaskan dia, jika kejadian minimnya jumlah siswa pendaftar tak hanya terjadi tahun ini saja. Hal ini bisa dilihat dari jumlah siswa dimasing-masing kelas yang tidak lebih dari 5 siswa.
“Jumlah kelulusan setiap tahunnya juga selalu berkurang, tahun lalu ada 8 siswa lulus dan kemungkinan untuk tahun ini hanya ada 5 anak,” bebernya.
Rismawati menceritakan, berbagai upaya telah dilakukan sekolah untuk bisa mendapatkan siswa yang lebih banyak. Termasuk dengan cara mendatangi rumah warga satu per satu dan bekerjasama dengan sekolah TK terdekat. Namun, hasilnya masih jauh dari yang diharapkan sekolah. Jumlah peserta didik tetap belum bisa maksimal.
“Sudah sekitar 10 tahun belakangan murid disini sedikit. Tetapi puncaknya tahun ini yang hanya menerima 2 siswa baru saja,” ujarnya.
Menurut dia, semakin menurunnya jumlah siswa disebabkan semakin sedikitnya jumlah anak-anak kecil di sekitar lokasi sekolah, dan banyak warga juga yang pindah.
“Kalau sekarang disini yang tinggal hanya orang-orang yang sudah tua saja. Sedangkan anak-anak mereka banyak yang merantau dan pindah ke tempat lain,” pungkas dia.