PALEMBANG, GLOBALPLANET - Masyarakat lebih memilih film drama fiksi dibandingkan film dokumenter. Hal ini terungkap dalam Pekan Seni Dewan Kesenian Palembang di Guns Cafe Palembang, Kamis (13/02/2020).
“Di Indonesia ini orang lebih tertarik memilih ke drama fiksi dibandingkan dokumenter. Ini jadi tantangan film dokumenter untuk dapat eksis dan terus bersaing. Bahkan, film dokumenter hampir bisa dikatakan dianaktirikan,” katanya.
Sebagai penggiat film dokumenter, ia mengaku sangat menyayangkan kondisi ini. Padahal film dokumenter dibuat asli dan apa adanya. Hanya saja, memang dibutuhkan kreatifitas agar gambar yang disampaikan tidak monoton sehingga penonton tidak bosan.
"Penyuka film dokumenter sedikit, karena dalam film tersebut minim adegan dan kurangnya kreatifitas, semuanya dalam film itu menyampaikan gambar dengan gaya monoton dan flat yang membuat penonton akan bosan," katanya.
Namun siapa sangka, sudah ada beberapa film dokumenter yang masuk bioskop. Ini pencapaian yang lumayan. "Salah satu dokumenter menarik yakni yang berjudul Don't Fuck With Cat, struktur penggarapan menarik. Seroang seniman harus berinovasi terus, dia harus tau jamannya perkembangan," imbuhnya.
Ia berharap kedepan masyarakat khususnya Palembang dapat menyenangi film dokumenter. Bahkan, rela membayar untuk menonton sebuah film dokumenter di bioskop.
Dirinya juga membagi tips, untuk membuat sebuah film dokumenter dimulai dari wawancara terlebih dahulu. Kemudian, membuat sebuah transkrip dan menyortirnya agar mengetahui apa saja yang akan disampaikan dalam film dokumenter tersebut. Setelah itu, barulah syuting untuk menunjang atau insert film dokumenter tersebut.
Selain itu, ada juga yang membuat film dokumenter ini dengan melakukan riset dengan melihat kondisi barulah kemudian mengambil gambar sebagai penunjang menyampaikan hasil riset tersebut. Namun, intinya, film dokumenter ini menggunakan kekuatan gambar sehingga harus diambil dengan kreatif.
"Contoh film binatang anak penyu tanpa wawancara, tapi melalui riset, seperti kondisi alamnya, fase kehidupan misal bertelurnya. Kuatkan di pengambilan gambar untuk menceritakan skenario informasi yang akan disampaikan," tuturnya.
Kemudian atur hasil wawancara masuk dalam unsur cerita film dokumenter. Contoh film binatang anak penyu tanpa wawancara, tapi melalui riset, seperti kondisi alamnya, fase kehidupan misal bertelurnya. Kuatkan di pengambilan gambar untuk menceritakan skenario informasi yang akan disampaikan.
"Pertama kali memulai film dokumenter, banyak-banyak nonton dulu film dokumenter sehingga dapat mengetahui apa saja yang akan dilakukan,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Komite Dewan Kesenian Palembang, Krismadi Rahmawan mengatakan workshop terkait film dokumenter ini merupakan salah satu kegiatan dalam pekan seni yang dilakukan Dewan Kesenian Palembang (DKP).
"Mengingat, saat ini peminat film dokumenter sangat minim dibandingkan film fiksi. Banyak yang menilai film dokumenter ini dari segi cerita dan gambar membosankan sehingga peminatnya minim,” katanya.
Karena itu, dengan adanya workshop ini diharapkan kedepan film dokumenter dapat dikemas lebih cinematic dan entertain sehingga tidak membosankan. Saat ini, ada 22 komunitas dokumenter yang aktif di Kota Palembang. “Diharapkan kedepan komunitas ini bermain untuk industry. Saat ini, kami juga menyiapkan SDM dan perlengkapan untuk menuju kesana,” tutupnya.