"Nantinya mereka belajar membordir itu, motif yang dibordir bisa saja tetap motif kita ya, motif khas Sumsel, selain motif-motif lainnya pula. Utamanya yang ingin kita tingkatkan adalah kerapian hasil jahitan bordirnya," ujar Feby.
Ia berharap kerjasama antara kedua belah pihak dapat mendorong upaya pemulihan ekonomi melalui industri kerajinan bordir dan anyaman. Hal ini tentu menjadi semangat bagi para perajin untuk segera bangkit dan pulih.
"Dengan keahlian perajin yang semakin baik tentu nanti saat ada event-event besar di Sumsel kita akan libatkan mereka untuk membuat suvenir, berupa pakaian atau tas dengan motif khas Sumsel,” terangnya.
Kunjungan ke Tasikmalaya ini sambung Feby untuk belajar langsung bagaimana pembinaan, pemasaran, dan pengemasan produk. Selain itu pula untuk memastikan apakah kerajinan bordir atau anyaman hanya ada (milik) Sumsel saja. "Hampir semua daerah punya kerajinan bordir dan anyaman, hanya saja yang membedakan adalah motifnya yang menjadi penanda darimana asal kerajinan itu," pungkasnya.
Adapun Wakil Ketua Dekranasda Jabar Lina Marlina Ruzhan, menyampaikan apresiasi atas kunjungan Ketua Dekranasda Sumsel ke Dekranasda Jabar.
"Kami menyambut baik peluang kerjasama yang digagas bu Feby. Ini luar biasa. Nanti akan saling bertukar ilmu antara perajin Tasikmalaya dengan perajin Sumsel. Kain batik pun kita juga produksi. Motif bordirnya bisa kita custom dengan motif khas Sumsel,’ ujarnya.
Lina menyebut hal ini akan membawa dampak baik bagi para perajin secara ekonomi setelah terpuruk akibat pandemi. "Tasikmalaya terkenal sebagai pusat kerajinan dan anyaman. Dekranasda Jabar berupaya mewadahi dan menampung hasil kerajinan untuk dipasarkan lebih luas,” pungkasnya.