loader

Fenomena Tawuran di Bulan Ramadhan

Foto

Contoh daerah Jakarta Utara yang rawan tawuran yaitu Warakas, Koja, Lagoa, Kalibaru dan Cilincing bahkan akhir ini kita mendengar berita tawuran di Kalibaru Cilincing yang melukai anggota polisi saat melakukan pengamanan, tawuran perang sarung di Lagoa, tawuran di Kelurahan Koja dan tawuran di Jalan Karamat Jaya Depan kantor PCNU Jakarta Utara. Umunya sering terjadi pada waktu dini hari hingga menjelang sahur. 

Kenapa Tawuran Sering Terjadi di Bulan Puasa
Sebenarnya tidak ada kaitannya bulan puasa dengan tawuran, karena tawuran bisa terjadi kapan aja, asal ada pemicunya yaitu adanya saling ejek antar-golongan, atau aksi saling balas dendam karena faktor pengaruh egosentrisme atau saling gagah-gagahan.

Namun alasan yang paling umum karena bulan puasa itu banyak waktu luang, utamanya pada malam hari sehingga muncul adanya pertemuan-pertemuan yang tidak langsung atau dalam istilah sosiologi disebut eclective affinity. Hal inilah kemudian disalahgunakan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk mengadakan pertemuan yang berujung pada aksi pergesekan atau tawuran.

Jadi ini relasinya eklektif, anak muda sering nongkrong hingga larut malam bahkan kebiasaan bulan puasa ini sering mengadakan sahur on the road dengan kelompok mereka dan kelompok lain juga mengadakan hal sama. Mirisnya terkadang anak muda seringkali melakukan keonaran pada saat-saat jam sahur ini entah alasan ingin membangunkan warga untuk sahur atau lainnya sehingga muncul kelompok lainnya melakukan hal sama dan inilah sering menimbulkan peluang terjadinya kelompok itu dalam waktu sama dimanfaatkan sebagian orang untuk tawuran.

Faktor Lain Penyebab Tawuran 
Tawuran terjadi bukan hanya karena keinginan, melainkan juga karena faktor lingkungan sekitar yang tidak memberikan pengertian serta edukasi pemahaman yang baik bahwa tindak kekerasan bukanlah jalan keluar menyelesaikan persoalan sehingga mereka lebih mengutamakan emosi dan faktor lingkungan yang menjadi alasannya adalah kecenderungan terhadap media sosial.

Di era digital ini, remaja memiliki ketergantungan terhadap gawai internet atau gadget sehingga ketika ada fenomena tawuran seringkali mereka membagikannya di media sosial bahkan tak jarang mereka dengan mudah untuk mengagungkan tawuran ini, sehingga banyak anak muda lain mempelajari dan meniru gerakan yang mereka lihat secara online. Sayangnya, tren ini mengarah pada peningkatan kekerasan karena semakin memperbanyak frekuensi orang yang terlibat dalam tawuran.

Bahkan berasal dari spektrum masyarakat yang tak biasanya terlibat tawuran malah ikut-ikutan aksi tawuran bisa saja karena faktor keingin tahuannya atau emang atas solidaritas. Nah, hal ini penting untuk dipahami bagaimana budaya populer memengaruhi fenomena ini. Termasuk menemukan cara untuk mengatasi masalah tersebut dan mengurangi kekerasan yang terkait dengan tawuran.


Penulis: Aldi Hasfin Nahombang
Mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang


Disclaimer: Artikel dan isi tanggung jawab penulis

Share

Ads