PALEMBANG, GLOBALPLANET - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat sepanjang tahun 2021 terdapat lebih dari 1.65 miliar anomali trafik keamanan siber di Indonesia. Dari jumlah tersebut, BSSN mencatat ada 5.574 kasus peretasan di berbagai sektor.
Dari jumlah itu, sektor pendidikan tinggi menempati urutan pertama dengan persentase sebesar 36.49 persen.
Ironisnya, dikatakan pakar keamanan siber University of St Andrews, Inggris, Dr. Joe Burton, peningkatan kejahatan di dunia maya tersebut terjadi di tengah proses transformasi digital di masa pandemi COVID-19.
“Masih lekat dalam ingatan kita, serangan ransomware di beberapa Rumah Sakit dan spionase vaksin selama pandemi. Berbagai upaya phishing juga belakangan marak dilakukan oleh organisasi kejahatan kriminal,” ungkapnya dalam konferensi internasional yang dilaksanakan oleh Universitas Pertamina, Kamis (31/3).
Dalam acara bertajuk ‘International Conference On Contemporary Risk Studies (ICONICS-RS)’ tersebut, Dr. Burton juga menekankan, jika tak diatasi sedini mungkin, negara akan menghadapi terorisme siber dan perang siber. “Kondisi ini menjadi ancaman nyata dan berdampak langsung terhadap keamanan negara. Karenanya, teknologi informasi menjadi bagian dari kemampuan keamanan yang sangat penting bagi negara saat ini,” pungkasnya.