BERAGAMA - itu tidak boleh setengah-setengah. Harus powerful memahami ajaran agama dan mengerti makna yang terkandung dalam kitab (Alquran) yang diturunkan Allah, karena itulah pedoman dalam melaksanakan semua kegiatan baik sistem untuk mengabdikan diri kepada Allah juga dalam menjalankan kegiatan sosial kemasyarakatan. Dalam Islam disebut hablum minalloh dan habblum minannas.
Persoalannya, sebagaian besar penganut agama seperti Islam masih belum juga menjalankan perintah Allah dan Rasulullah, sebagaimana yang diamanahkan kepada ummat dan disisi lain masih melanggar larangan aturan yang ditetapkan. Bahkan terkesan ambigu dalam menjalankan ajaran Islam secara utuh.
Dalam firman Allah, kita tidak bisa membantahnya adalah kerelaaan bahwa kehidupan ini diabdikan hanya untuk Allah. Bukan kepada selain Allah. Hidup manusia di dunia pada hakikatnya adalah hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Allah berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs. Ad-Dzuriat : 56).
Benar, sesungguhnya sejak zaman dahulu kala, mengikuti ajaran agama sebagaimana yang diperintahkan Allah, selalu ada saja yang menjadi pembangkang, bisa munafik, atau bahkan kafir sema sekali. Bahkan sebagian besar ummat Islam, melanggar ketetapan Allah dan Rasulullah yang sebenarnya tidak dapat dibantah atau dilanggar.
Lihat saja perintah Allah dalam Alquran, “ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah: 34). Sifat membangkang yang dialkukan iblis, mestikah dicontoh, yang kemudian menimbulkan kemurkaan Allah kepadanya.
Ketetapan Allah agar Nabi Adam tinggal di surga serta melarang mendekati pohon khuldi diabadikan dalam ayat 35 Al-Baqarah. Namun, bujuk rayu iblis, membuat Adam melanggar hukum dan Allah menjatuhkan vonis kepada Adam dan istrinya keluar dari surga. Allah menurunkan Adam dan istrinya Siti Hawa ke bumi secara terpisah.