Peristiwa Nabi Adam dan Siti Hawa divonis Allah keluar dari surga diabadikan di dalam ayat 36 Al-Baqarah. " Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan." Dalam Ayat 38 Surat Al-Baqarah, Allah menegaskan hanya orang-orang yang mengikuti petunjuk-Nya tidak akan bisa terpedaya oleh bujuk rayuan Iblis ketika."Kami berfirman turunlah kamu! semua dari surga, kemudian jika benar-benar datang petunjuk kepadamu, maka barang siapa mengikuti petunjuk Ku tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
Ada persoalan dalam pola berpikir ummat Islam yang menjalankan rutinitas kehidupan, sehingga mengabaikan perintah atau aturan Allah dan Rasulullah. Seringkali dalam satu perkara suka membenarkan yang salah. Misalkan saja, melalikan ibadah shalat demi mengejar rezeki.
Padahal, kalau difahami sebagaimana agama Islam tertulis dalam firman Allah, rezeki adalah urusan Allah , walupun harus ada usaha. Tapi harusnya tidak melalaikan perintah Allah.
Ini hanya salah satu kasus saja, banyak lagi perkara lain yang lalai melakukannya sesuai dengan kesempurnaan dalam ibadah sebagaimana perintah Allah dan Rasulullah. Lihat saja jaminan Allah atas rezeki hamba-Nya. Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).(QS.Hud: 6).
Begitulah jika ummat tidak memiliki ilmu atau pengetahuan terhadap itu. ‘’ Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah az-Zumar ayat 39: “Apakah orang-orang yang beribadah di waktu malam dengan bersujud dan berdiri? Dia merasa takut kepada hari akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya. Katakanlah, “Apakah sama kedudukannya antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”.
Firman Allah SWT lainnya surah Faathir ayat 28: “... Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya itu hanyalah para ulama.” Sebab Ilmu pengetahuan yang dimiliki akan membimbing manusia menyadari kelemahan, ketidaktahuan diri sendiri, dan kemahakuasaan Allah Yang Maha Rahman dan Rahim. Maka diapun akan menjalankan perintah Allah dengan kesempurnaan.
Lebih luasnya, persoalan yang dihadapi, keterpaksaan ummat mengikuti sistem liberalisasi, yang Sebagiannya, terpaksa melanggar aturan Allah. Lihat saja sistem perbankan konvensional dihampir semua negara mengikuti system kapitalis. Bahkan, cenderung menjurus kepada riba. Ada perbankan syariah yang mulai diterapkan seperti di Indonesia, namun jumlahnya terhitung dengan jari. Lalu, sistimnya masih belum sepenuhnya syariah.
Firman Allah yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir." (Qs. Ali Imron [3]: 130).
Begitu juga dari segi makanan. Bahkan, ada sering terbaca di media sosial, ungkapan bahwa hamper setiap saat kita bersentuhan dengan makanan yang tidak halal bagi ummat Islam. Sebagian bukan hanya di tempat-tempat makan atau warung maupun rumah makan besar, namun sebagian adalah dari produk yang kita gunakan sehari-hari. Tidak semua, tetapi seiring dengan ketidak dalaman pengetahuan masyarakat, sehingga menggunakan produk yang tidak halal.
"Wahai manusi, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (Q.S Al-Baqarah: 168).