loader

Mengoreksi Diri Umat Islam Dalam Menjalankan Ajarannya

Foto
Ilustrasi belajar ilmu Agama dengan baik untuk bekal ibadah. (Foto: Istimewa)

Padahal Allah amat membenci mereka yang tidak mengikuti petunjuk Allah tetapi mengikuti golongan di luar ahjaran Islam. Firman Allah ; Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.(QS. Al Jatsiah: 18)

Pola Pikir yang Salah

Kondisi semacam ini, makin ke sini, makin tidak terelakkan. Bahkan, perkara ibadah pun sering tidak diketahui, apakah yang dilakukan ini tidak menyentuh kesyirikan ataukah menyentuh kesyirikan. Coba lihat, tradisi yang meminta doa-doa di bawah kayu besar dan rindang, meminta kepada roh-roh dikuburan, bahkan membuat jimat agar memperoleh rezeki atau kekuatan maupun perkara lainnya yang diarahkan kepada keberuntungan. 

Lihat firman Allah ini.” Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa : 48)

Jika dilarang, maka mereka akan berkilah bahkan seringkali memojokkan yang menganjurkan kepada kebaikan itu dan malah disebut sebagai keterlaluan dalam mengartikan agama.  Ini kondisi terbalik. Yang benar di salahkan yang salah dibenarkan. Bahkan, dicaci, disebut sebagai sok alim, atau dengan tuduhan terlalu fanatik. Malah ada yang menuding sebagai  radikal. Kebenaran yang ada selalu ditampik dan dihindari dan kebathilan malah dibenarkjan dan diikuti.

Pola berpikir sebagian ummat seperti tidak sampai kepada kebenaran yang ada dalam agama. Malah memisahkan pengetahuan berpikir dengan dalil-dalil yang telah disampaikan oleh Allah dalam Alquran dan hadist-hadist Rasulullah. Masalah mengaji Alquran saja muncul polemik. Sebagian pandangan berpikir cukup membacanya saja, karena sudah memperoleh pahala yang besar. Itu benar.
Tapi bagaimana mungkin jika tidak mengetahui terjemahannya atau lebih tinggi lagi, mengerti makna atau tafsir dan asbabunnuzulnya, kalau tidak dibaca dan tidak dipelajari. Alquran itu adalah pedoman hidup, yang jika tidak difahami arti dan maknanya maka mustahil menerapkan perintah dan larangan Allah serta Rasullullah dalam kehidupan sehari-hari. Pastilah akan mengada-ada dan mengira-ngira bahkan menggunakan pikiran atau pemahaman yang salah.’’ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(QS. Al Baqarah (2): 2).

Inilah sebenranya yang menjadi dilema bagi ummat Islam. Tidak faham makna beragama secara baik dan mendalam. Mentang-mentang lahir sebagai Islam, merasa apa yang diajarkan kakek-nenek sudah cukup. Padahal, ada majelis pendidikan dan kelompok-kelompok kajian Islam yang harus didatangi untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang perkara baik buruk, larangan dan anjuran (kewajiban) serta perintah maupun terkait halal dan haram dan atau yang haq dan yang bathil.

Allah sudah menerangkan dalam Alquran, bahwa kalaupun kemu belajar, sangat sedikit yang kamu ketahui. Dan seandainya kamu bersedia belajar, maka Kamilah yang akan memudahkan dan memberikan pengertian kepada kalian. Karenanya, sungguh-sungguhlah belajar agama Islam, agar kalian selamat dunia dan akhirat. Tidak terjebak hanya pada pemikiran yang kerdil dan dangkal. Luaskanlah pemahaman terhadap Islam, agar selamat. Islam itu kata lain dari selamat.(*)

Penulis Bangun Lubis, Pemimpin Redaksi Assajidin.com dan Satujalan.com

Share

Ads