loader

Harga Sawit Naik, Kemendag Tetapkan Bea Keluar CPO US$ 18/Ton

Foto

JAKARTA, GLOBALPLANET - “Saat ini harga referensi CPO berada pada level di atas US$ 750/MT. Oleh sebab itu, pemerintah mengenakan bea keluar CPO sebesar US$ 18/MT untuk periode Februari 2020,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana, seperti dikutip dari Katadata, Kamis (30/1/2020).

Bea keluar cpo bulan depan lebih tinggi dibanding yang ditetapkan pada Desember 2019 sebesar US$ 0 per MT. Kebijakan pengenaan bea keluar telah tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 01/2020 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor Atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar.

Dalam Pasal 2 dijelaskan, tarif bea keluar CPO berpedoman pada harga referensi yang berdasarkan rata-rata cost insurance freight (CIF) CPO dari Rotterdam, bursa Malaysia, dan bursa Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 13/PMK.010/2017, pungutan ekspor sawit dibebaskan bila harga CPO di bawah US$ 750 per ton.

Sementara, harga CPO di atas US$ 750 hingga US$ 800 per ton dapat dikenakan pungutan US$ 3 per MT. Untuk harga CPO lebih dari US$ 800 sampai US$ 850 per ton, tarif bea keluar dikenakan US$ 18 per MT. Sebelumnya, Wisnu mengatakan harga referensi CPO saat ini memang cenderung naik.

"Ini karena permintaan dunia juga meningkat," kata dia di Jakarta, Senin (28/1/2020).

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) sebelumnya memperkirakan industri minyak sawit relatif stabil tahun ini. Harga minyak sawit mentah (CPO) diprediksi meningkat pada kuartal I 2020, terpengaruh kondisi pasokan dan permintaan di domestik maupun global yang lebih seimbang.

"Jadi tahun ini supply and demandnya lebih tepat. Sehingga ini yang akan menjadi faktor fundamental peningkatkan harga," kata Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono saat ditemui di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (8/1/2020).

Harga minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia Derivatif Exchange pada perdagangan Kamis (30/1/2020) berada di level RM 2.723 atau lebih rendah dibanding posisi pada awal tahun yang diperdagangkan di level RM 3.130. Adapun pada kuartal selanjutnya, Gapki masih akan melihat beberapa faktor lainnya.

Pada kuartal II dan III, produksi minyak sawit biasanya relatif meningkat. Namun dengan adanya kebakaran hutan perkebunan sawit tahun lalu, pihaknya akan melihat dampaknya terhadap jumlah pasokan dan produksi CPO.

"Teorinya kebakaran hutan akan berpengaruh, tapi harus dibuktikan dulu tahun ini, jadi belum bisa kira-kira paling. Untuk kuartal I ini supplynya cukup ketat, jadi harganya masih oke," kata dia.

Share

Ads