PALEMBANG, GLOBALPLANET - Di bulan sebelumnya (Maret) surplus Neraca Perdagangan Sumsel senilai USD 213,80 juta yang artinya ada peningkatan. Untuk nilai ekspor, angkanya mencapai USD289,90 juta atau meningkat 9,54 persen dari bulan sebelumnya.
Secara month to month (MoM) Kepala BPS Provinsi Sumsel Endang Tri Wahyuningsih menuturkan, meningkatnya ekspor didukung oleh komponen industri yang menyumbang USD217 juta dari total nilai ekspor. "Pencapaian yang luar biasa di tengah pandemi ini ekspor kita meningkat di bulan April. Namun pada periode Januari-April secara year on year nya minus 9,01 persen dibanding Januari-April 2019," ungkap Endang dalam paparannya secara daring, Jumat (15/5/2020).
Beberapa komoditas yang menyokong naiknya ekspor di Sumsel adalah pulp (meningkat US$ 58 juta), kertas tissu (meningkat S$ 2,85 juta) dan minyak kelapa sawit (meningkat US$ 2,18 juta). "Ekspor non migas kita menyumbang US$ 272,69 juta dari keseluruhan total ekspor, sementara ekspor migas hanya US$ 17,11 juta," katanya.
Sementara itu nilai impor Sumsel di bulan April US$ 59,76 juta. Karet remiling, pupuk, dan makanan olahan lainnya menjadi komoditi yang paling banyak diimpor dengan nilai US$ 33,09.
Peran golongan bahan baku/penolong seperti karet remiling, pupuk, dan makanan olahan dan lain-lain memiliki nilai 60,31persen dari total impor Sumsel periode Januari-April. "Meskipun kita mengalami surplus tapi impor kita justru naik 17,73 persen dibandingkan bulan Maret yang nilai impornya US$50,76 juta," jelasnya. Negara yang paling banyak melakukan impor non migas di Sumsel adalah Pantai Gading, Vietnam, dan Rusia.