JAKARTA, GLOBALPLANET - Dr Tungkot Sipayung, Pengamat Ekonomi Agribisnis mengatakan, untuk mencegah infeksi Covid-19, masyarakat dunia harus lebih bersih. Makin sering mandi, cuci pakaian dan cuci tangan, sanitasi peralatan makan, perabot dan rumah. Cleaning service dan Dinas Kebersihan akan secara teratur menyemprot disinfektan.
"Menjaga imunitas tubuh menjadi hal yang penting dalam memilih dan mengkonsumsi makanan kedepan. Sehingga bahan makanan dan suplemen yang dapat membangun imunitas tubuh akan makin dibutuhkan," ujarnya dalam sebuah pernyataan kepada globalplanet.news, Sabtu (30/5/2020).
Gaya hidup new normal yang demikian, sambung Tungkot, membuat sawit makin berkilau. Pertama, industri sawit menghasilkan produk produk biosurfaktan seperti sabun mandi, sabun cuci, deterjen, shampo, hand wash, hand sanitizer dan sejenisnya.
Kedua, perkebunan kelapa sawit adalah penghasil vitamin A (beta carotein) dan Vitamin E (tokoferol) terbesar diantara tanaman apa pun di dunia. "Dari produksi minyak sawit Indonesia sekitar 50 juta ton per tahun, dapat dihasilkan sekitar 25 ribu ton vitamin A dan 30 ribu ton vitamin E," jelas pria yang juga sebagai Direktur Eksekutif Palm Oil Agribisiness Strategic Policy Institute (PASPI).
Ketiga, dari industri sawit juga dapat dihasilkan produk produk biodesinfectan/ biopestisida untuk kebutuhan sanitasi rumah, mobil, kantor dan lingkungan. Selain ramah lingkungan juga penyediaanya berkelanjutan.
Keempat, minyak sawit sebagai bahan pangan ternyata bukan bahan pangan berminyak biasa. Di dalamnya ada asam lemak yang sangat penting yakni asam lemak palmitat untuk memelihara fungsi paru paru. Minyak sawit adalah minyak nabati yang paling besar mengandung asam palmitat sehingga diperkirakan pada era new normal akan terjadi peninkatan lonsumsi mijyak sawit.
"Memasuki era new normal masyarakat dunia, bayangkan ada 6 milyar penduduk dunia yang setiap hari akan membeli lebih banyak sabun, hand wash dan deterjen. Mengkonsumsi vitamin A dan E lebih teratur untuk menjaga imunitas dan fungsi paru paru. Menggunakan hand sanitizer, biodesinfectan/ biopestisida setiap saat di seluruh dunia," katanya.
Tren kearah tersebut sudah mulai tampak selama masa pandemi covid19 saat ini. Volume ekspor oleokimia (biosurfaktan) Indonesia ke China, Uni Eropa, India, USA selama Januari- Maret 2020 meningkat 54 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Ekspor biosurfaktan tersebut merupakan satu satunya kelompok produk sawit yang meningkat selama pandemi covid19 ini," ungkapnya.
Nah, sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, Indonesia setelah berhasil menjadi raja minyak sawit dunia selama ini, kedepan berpeluang besar menjadi raja biosurfaktan, raja biodesinfectan dan raja vitamin A dan E dunia. "Riset-inovasi, edukasi, promosi serta investasi industri sawit perlu diarahkan kesana," pungkasnya.