PALEMBANG, GLOBALPLANET. - Lega Raharja selaku ketua Komunitas KKD mengatakan, anggotanya yang berjumlah 75 orang mampu memproduksi hingga lima unit kreasi tas khas Sumatra Selatan (Sumsel) per hari.
"Karena kami (KKD) ini memang merupakan gerakan amal dan gerakan kemanusiaan tapi untuk bidang usaha ekonomi," kata Lega Raharja ketika dijumpai di Kriya Sriwijaya, Jumat (27/11/2020).
Komunitas disabilitas Sumsel merupakan penyandang tuna rungu yang memiliki keahlian istimewa dan kreatifitas tinggi. Bahkan para anggota KKD sebelum tergabung dalam komunitas telah mempunyai industri kecil di rumah dan sudah memasarkan produk dengan mandiri.
"Sebenarnya mereka (pelaku UKM disabil) sudah punya industri kecil tapi tidak tercover. Ada yang buat masker, konektor, dan tas. Kita KKD mengarahkan mereka Alhamdulillah ada pendampingan dari Dinas Koperasi Sumsel," jelasnya.
Sebagai pembina KKD, Lega bertanggung jawab mengumpulkan anggota komunitas dan mencari SDM kreatif lain. Ia menyebut salah satu langkah agar para disabilitas bisa menemukan tempat untuk berkarya adalah dengan mengajak mereka tergabung dalam naungan Dinas Koperasi Sumsel.
"Caranya kita cari dengan mendatangi rumah mereka. Kalau mereka masuk di formasi pegawai, pasti kalah dengan yang umum. Makanya mau tidak mau secara alami mereka harus mencari duit dengan cara mandiri dan kreatifitas mereka sendiri," tambah dia
Meski sejumlah anggota KKD penyandang tuna rungu, namun mereka juga bertanggung jawab terhadap penyandang status lainnya. Ia mengaku selama membina anggota KKD, hal tersulit yakni komunikasi. Oleh sebab itu, teknik pembelajaran dengan sistem tertulis.
"KKD sudah dua tahun terbentuk (2018) tetap baru, dilantik Dinas Koperasi dan UMKM tahun ini. Alhamdulillah kita dapat bantuan mesin jahit melalui Dinas Koperasi oleh Gubernur," terangnya.
Sebuah kreasi tas karya KKD Sumsel berbahan kain motif jumputan dan blongsong yang merupakan khas Palembang, memerlukan kebutuhan menjahit selain mesin jahit seperti kain blongket, M.33, resleting, D 300, tali kulit, palu, kepala resleting, alas getok, anvil dan pembolong.
Ia berharap hasil karya anggotanya dapat dijual menembus pasar luar Sumsel.
"Harapan ke depan pangsa pasarnya bisa ke luar kota. Harga tasnya kita jual Rp350 ribu karena bahannya mahal. Insya Allah kalau produknya banyak kita siap tembus luar negeri bahkan," pungkasnya.
Salah seorang anggota KKD, Riska Riki Wulandari mengungkapkan rasa senangnya ketika ia dapat menjahit dan berkumpul bersama rekan-rekannya.
"Biasanya di rumah saya bisa bikin masker dan tas, Saya senang bisa menjahit, jadi semangat dan tidak bosan. Saya senang bisa bertemu kawan-kawan," ungkap dia dengan bahasa isyarat.