SUMUT, GLOBALPLANET - Ditemui sejumlah media di rumah sekaligus tempat usahanya, Selasa (30/3/2021), pria kelahiran 1 Januari 1971 ini mengungkapkan rasa syukurnya karena mulai menuai sukses berkat binaan PKBL PTPN IV.
Ia sendiri mengklaim tidak asing dengan perkebunan sawit dan karet. "Saya lahir dan besar di Kota Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu. Ayah saya adalah seorang karyawan PTP yang kini masuk dalam PTPN III," ujar Samino.
Sementara ayah mertuanya adalah karyawan PTPN IV. Karena itu tak heran kalau Samino, istri, dan dua anaknya membeli lahan di Kampung Pajak, Rantauprapat, Labuhanbatu, untuk ditanami sawit dan karet.
"Sembilan hektar sawit dan empat hektar karet. Yang sawit ditanam sekitar tahun 2013, masih generasi pertama," kata insinyur teknik lulusan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) ini.
Selain itu, ia juga membeli empat hektar lahan di Kecamatan Sinunukan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), untuk kemudian dijadikan lahan sawit plasma sebuah perkebunan sawit swasta milik seorang pengusaha keturunan Tionghoa asal Kota Medan.
"Ini adalah bagian dari pengembangan usaha saya. Jadi, usaha yang berkembang di konveksi berkat binaan PKBL PTPN IV, kini saya kembangkan untuk perkebunan sawit dan karet. Ya, masih skala kecil," kata Samino.
Tak cukup dengan lahan perkebunan sawit dan karet, kini Samino pun memiliki usaha kos-kosan di Berastagi, sebuah daerah pertanian dan pariwisata dan sering dijuluki "Bogor-nya Kota Medan".
Di Berastagi, ujar Samino, ada 13 kamar kos yang disewakan untuk para pekerja hotel, perusahaan pertanian, ASN, dan TNI/Polri. "Rencana mau saya tambah menjadi 27 kamar kos-kosan," tegas Samino.