loader

Avtur Campuran Sawit Berpotensi Dipasarkan ke Luar Negeri

Foto

JAKARTA, GLOBALPLANET - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) saat ini tengah membidik perluasan pasar untuk bahan bakar pesawat jenis Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur. Bahkan bukan hanya untuk pasar domestik saja melainkan hingga pasar internasional.

Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman mengatakan produksi bioavtur dilakukan di Green Refinery Kilang Cilacap dengan campuran minyak sawit sebesar 2,4% berkapasitas 9.000 barel per hari (bph). Adapun bahan bakunya yaitu produk turunan sawit, Refined Bleach Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO).

"Tentunya ke depan, harapan kami adalah bahwa sejak uji coba komersialisasinya langkah berikutnya melalui usaha Pertamina, rekan kami di Patra Niaga, bagaimana memasarkan produk ataupun potensi produk SAF 2,4% ini lebih luas. Bukan hanya ke domestik, tetapi juga mungkin nantinya ke orientasi ekspor," kata Taufik dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (2/1/2024).

 
Lebih lanjut, ke depan pihaknya akan terus mendorong produksi bioavtur SAF hingga 100% melalui pengembangan Green Refinery Fase II dengan kapasitas 6.000 barel per hari.

"Ini SAF 100 persen bukan 2,4 persen lagi untuk memenuhi kebutuhan baik nantinya mungkin pemerintah akan memandatkan penggunaan SAF di 2030 5 persen untuk semua airlines, kita sudah siap dan juga mungkin nanti remaining produksinya kita bisa ekspor," ujarnya.

Menurut dia dengan Pertamina dapat memproduksi bioavtur, tentunya akan sangat mengurangi Current Account Deficit (CAD). Artinya dengan adanya BBM ramah lingkungan ini, kebutuhan minyak mentah yang selama ini didapatkan dari impor dapat digantikan.

"Artinya kan dengan adanya bioavtur itu kita bisa mensubstitusikan kebutuhan untuk fossil fuel ke depan. Kira-kira mungkin seperti itu," ujarnya.

Sejauh ini Pertamina telah berhasil melakukan uji terbang dua jenis pesawat menggunakan bahan bakar ramah lingkungan bioavtur Sustainable Aviation Fuel (SAF) 2,4%. Adapun uji terbang yang pertama berhasil dilakukan dengan menggunakan pesawat CN235-200 milik PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Kemudian uji coba selanjutnya dilakukan bersama Garuda Indonesia dengan menggunakan jenis pesawat Boeing 737-800 NG. "Ini membuktikan bahwa kita sudah mampu untuk memproduksikan bioavtur 2,4 persen," kata dia.(CNBC)

Share

Ads