PALEMBANG, GLOBALPLANET.news - Kedatangan warga itu, untuk meminta pihak kepolisian melakukan penyelidikan terkait aksi premanisme yang dilakukan sejumlah orang, lantaran dengan paksa mengambil lahan milik warga.
Ketua Sriwijaya Corruption Watch (SWC) yang juga kordinator aksi, Sanusi, mengatakan, warga meminta kepada kepolisian untuk menindak lanjuti laporan warga yang sudah dirugikan aksi penyerobotan lahan tersebut.
"Kami meminta Polisi menurunkan tim untuk menghentikan intimidasi dan premanisme yang di belakangi pengusaha, selain itu juga hentikan penyerobotan dan pengerusakan tanah dan lahan kebun warga karena telah diusahakan lama," kata Sanusi.
Selain itu, warga juga meminta Polda Sumsel untuk memproses laporan terkait penyerobotan dan pengerusakan tanah dan tanaman yang di lakukan anak buah Tang Eng Hok dan Abdullah Syahab.
"Penyerobotan tanah dan lahan kebun warga ini sudah terjadi sejak 2013 hingga sekarang masih berlanjut dengan menggunakan alat berat, padahal warga mempunyai surat tanah yang sah," kata Sanusi.
Warga sendiri, sambung dia, sudah beberaoa kali menyampaikan laporan yakni pada 2013, 2019, dan 2020. Namun, laporan itu sampai sekarang belum ditindaklanjuti. "Sedangkan pengerusakan serta penyerobotan lahan terus terjadi," kata dia.
Sementara, Sunardi, warga Gandus, mengatakan, lahan miliknya yang diiserobot yakni seluas 1,75 hektar, akibatnya Sunardi mengalani kerugian hingga miliaran rupiah.
"1,75 hektar tanah saya itu sejak 2003 surat saya lengkap tapi digusur habis, ditanam karet 900 batang kerugian saya diperkirakan 1,5 miliar. Habis karet saya, katanya mau diganti saya tidak mau menerima uang tersebut," tegas Sunardi.
Sebelumnya dari pantauan, aksi damai yang dilakukan oleh puluhan warga tersebut langsung tertib dan damai. Warga diterima oleh anggota Kepolisian yakni Kompol Suryadi selaku Kaur Penmas Bidhumas Polda Sumsel.
"Aspirasi telah kami terima dan akan di kordinasikan dengan pimpinan kita dan akan ada pertemuan dengan warga," kata Suryadi.