PALEMBANG, GLOBALPLANET - Diduga di bullying atau perundungan dialami seorang siswa SD salah satu sekolah elit yang ada di kawasan Kemuning Palembang, korban inisial M (9) diduga dilakukan oleh ketiga teman kelasnya.
Atas kejadian ini orang tua M inisial DA (42) warga Kecamatan IB I, Palembang telah melaporkan ke SPKT Polda Sumsel tanggal 6 Juni 2024 lalu, dan dalam laporan tersebut diduga M telah mengalami kekerasan fisik saat hendak masuk kedalam kelas.
Tim kuasa hukum Dr Hj Nurmalah SH MH CLA ketika diwawancarai mengatakan, anak kliennya sudah keluar dari sekolah tersebut karena merasa tidak nyaman dan aman di sekolah tersebut.
"Saat peristiwa perundungan itu terjadi gurunya tidak ada, namun saat kejadian itu gurunya masuk di lihat dari CCTV anak klien ini bersembunyi di balik meja. Dan akhirnya keluar dengan sendirinya," kata Nurmalah di Polrestabes Palembang, Rabu (3/7/2024) kepada media ini.
Lanjutnya, memang peristiwa ini dilakukan oleh anak - anak namun paling tidak sengaja pembelajaran juga. Apalagi di sekolah tersebut terdapat CCTV, "Seharusnya CCTV tersebut sebagai alat kontrol, evaluasi setiap hari dari sekolah. Kalau kita tidak ada laporan ke sekolah tidak ada laporan dari sekolah bahwa anak kita di bulying atau lainnya," jelas Nurmalah.
Lanjut Nurmalah, telah ada pertemuan dengan pihak sekolah dan saya telah diminta untuk hadir dan pihak sekolah ada legalnya. "Akan tetapi pertemuan itu kita meminta video rekaman itu, karena klien kita akan membawa anak ini ke psikolog atau psikiater. Dan telah mengajukan surat namun pihak sekolah mengatakan kita akan rapat dulu," tambahnya.
Sambungnya, terakhir pembicaraan - pembicaraan yang menyatakan menyimpulkan tidak akan memberikan video itu kecuali penyidik. "Oleh karena itu kita membuat laporan polisi, karena penyidik kan dari kepolisian, jadi melapor ke Polda Sumsel," ungkapnya.
Nurmalah mengatakan, saat ini orang tua korban sudah dimintai keterangan dan korban sempat kita dampingi sudah memberikan keterangan dan di BAP. "Kami juga sudah membuat laporan ke Menteri Pendidikan di Jakarta, Kakanwil Diknas, Dinas Pendidikan Kota Palembang, dan dalam waktu dekat melapor ke komisi perlindungan anak Indonesia," tuturnya.
Sementara itu, kondisi anak klien kami ini mengalami ketakutan, terutama pergi ke sekolah. "Saat ditanya karena takut diserang lagi, apalagi pelaku tidak satu orang. Namun secara psikologi yang mengetahui pasti adalah ahlinya," tegasnya.
Korban masih kelas 3 SD, dan telah pindah sekolah di SD Yayasan IBA. "Kejadian dialami anak klien kami ini tidak sekali, sebelumnya dia pernah melapor bahwa tangannya di tusuk, cerita orang tuanya. Sebelumnya sudah sering korban ini melapor tetapi ibu nya menganggap biasa aja anak - anak dan korban tidak apa - apa. Namun anak ini berani setelah melihat video bulying itu, ibunya bilang jangan seperti di video baik melakukan atau korban barulah dia bercerita kepada ibunya," terangnya.
Lebih jauh kata Nurmalah bahwa disekolah tersebut terdapat CCTV namun disayangkan asumsi saya patut diduga video tersebut tidak ditonton pihak sekolah. "Karena tidak ada laporan dan pemberitaan dari sekolah kepada orang tua bahwa adanya kejadian ini, jika tidak korban sendiri yang cerita kita tidak tahu. Kita juga cerita anak belum tentu benar, makanya kita minta di buka CCTV, dan kejadian penusukan di tangan itu tidak dibuka CCTV nya hanya kejadian ini saja," tutupnya.