PALEMBANG, GLOBALPLANET - Akan tetapi kebijakan yang diambil malah mendapat keluhan dari calon wisudawan UIN Raden Fatah sendiri. Nisa Utami misalnya. Calon wisudawati dari Fakultas Tarbiyah mengungkapkan yang harusnya telah wisuda pada bulan Maret lalu. Akan tetapi karena adanya pandemi ini maka pihak UIN RF menunda wisuda Maret ke jadwal wisuda berikutnya. Pada awalnya, keputusan pelaksanaan masih menggantung apakah dilakukan secara offline atau online.
Akan tetapi setelah surat edaran keluar ia dan rekan-rekannya terkejut dengan keputusan pihak kampus yang dinilai sepihak tanpa melibatkan mahasiswa.
"Sebelumnya kan masih belum pasti soal wisuda, nah sekarang wisuda fix diadakan secara online pada 4 Juli nanti. Mereka langsung memutuskan wisudawan harus ikut online tanpa di kasih pilihan. Padahal sebelumnya sudah ada petisi yang isinya kami siap menunggu hingga waktu yang memungkinkan untuk wisuda offline, sekarang sudah 568 mahasiswa/wisudawan yang mengisi petisi tersebut," ungkap Nisa, Selasa (30/6/2020).
Ia menginginkan pihak Rektorat memberi wisudawan kami pilihan dan mengeluarkan statment/pernyataan secara tertulis jika memang bagi calon wisudawan yang tak bisa atau menolak wisuda online di kasih konsekuensi harus nunggu jadwal wisuda offline di periode berikutnya sesuai dengan petisi yang sudah ditanda tangani.
Biaya wisuda setiap mahasiswa berbeda-beda tergantung Fakultas masing-masing. "Sekali lagi kami tak menuntut wisuda offline sekarang juga. Saya dan rekan-rekan hanya ingin keputusan Rektor itu adil, kalau wisuda secara online setidaknya uang yang sudah kami setorkan waktu daftar wisuda itu dikembalikan. Bukan hanya untuk angkatan 2013 karena kami (angkatan 2014-2015) juga membayar," tandasnya.
Ayu Lestari, mahasiswa calon wisudawati UIN RF Fakultas Tarbiyah juga mengeluhkan pelaksanaan wisuda online yang dirasa tidak puas setelah menempuh pendidikan sekian tahun. "Walaupun ijazah lah dapet tapi kalau wisudah online tu orang tua kami tak bisa menyaksikan prosesi wisuda. Ya dak enak rasanya kak," ujarnya.
Terpisah, Rektor Universitas Islam Negeri Raden Fatah (UIN RF) Palembang melalui Wakil Rektor III Roro Rina Antasari menjelaskan pihaknya mengusulkan pelaksanaan wisuda online, meski sebagian calon wisudawan dan wisudawati menolak keputusan tersebut.
Hal itu, karena pelaksaanaan wisuda online bakal menimbulkan kebingungan diantara para mahasiswa. Alalagi tidak semua wilayah atau daerah memiliki kualitas jaringan internet yang baik saat ceremonial kelulusan.
"Keputusan wisuda online tetap akan dilakukan sesuai SOP yang lagi kami rencanakan. Kalau memang mahasiswa yang belum atau tidak ingin mengikuti, dapat mengikuti wisuda offline yang seperti biasanya dan kemungkinan dilakukan tahun depan," kata Rina.
Rina menerangkan, pelaksanaan wisuda online mesti digelar lantaran pihak kampus tidak ingin lagi menunda kelulusan mahasiswa yang sempat terjadi pada jadwal wisuda sebelumnya. Terlebih jika acara terus tertunda, maka bakal terjadi penumpukan calon sarjana yang bakal merugikan mahasiswa itu sendiri.
"Wisuda ke 73 yang seharusnya sudah digelar pada Maret lalu, yang sempat tertunda saja sudah mencapai 870 peserta wisudawan dan wisudawati. Kami tidak bisa menunda wisuda lagi, karena jadwal sudah ada wisuda ke 73 dan ke 74. Kalau tidak dilaksanakan, peserta wisuda menumpuk," terangnya.
Padahal tujuan pelaksanaan wisuda online tersebut, lanjut Rina, agar memudahkan lulusan UIN RF segera mendapatkan ijazah dan resmi menyandang gelar sarjana. Kendati pihaknya mengakui, bila penolakan mahasiswa sempat jadi pembahasan hangat di kampus.
"Betul ada lebih dari 500 calon peserta wisudawan dan wisudawati melakukan penandatanganan petisi tolak wisuda online UIN Raden Fatah Palembang melalui portal online. Bagaimanapun, kita memberikan pilihan terbaik," tutupnya.